
Netanyahu Titahkan Serangan Baru, Israel Kian Beringas Bombardir Gaza

Jakarta, CNBC Indonesia - Israel kembali meningkatkan pengeboman di Kota Gaza pada Senin (11/8/2025) waktu setempat, beberapa jam setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah memperluas serangan terhadap Hamas
Serangan udara dilaporkan menewaskan enam jurnalis, termasuk koresponden senior Al Jazeera, Anas Al Sharif. Ini menjadi insiden paling mematikan terhadap wartawan sejak perang berlangsung hampir dua tahun.
Pengeboman terberat dalam beberapa minggu terakhir menghantam wilayah timur Kota Gaza, mencakup Sabra, Zeitoun, dan Shejaia. Warga melaporkan tank dan pesawat tempur Israel menggempur kawasan itu, memaksa banyak keluarga mengungsi ke arah barat.
"Kedengarannya seperti perang akan dimulai kembali," kata Amr Salah (25) kepada Reuters. "Tank-tank menembak ke rumah-rumah, beberapa rumah terkena tembakan, dan pesawat melakukan 'cincin api' di mana rudal mendarat di beberapa jalan di Gaza timur."
Militer Israel mengklaim serangan tersebut menargetkan militan Hamas dan lokasi peluncuran roket. Namun, belum ada tanda pasukan darat bergerak lebih dalam. Netanyahu menegaskan serangan baru akan dipusatkan di Kota Gaza, yang ia sebut sebagai "ibu kota terorisme" Hamas. Ia juga mengindikasikan Gaza bagian tengah akan menjadi target berikutnya.
"Saya ingin mengakhiri perang secepat mungkin. Itu sebabnya saya telah menginstruksikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) untuk mempersingkat jadwal perebutan kendali Kota Gaza," kata Netanyahu.
Rencana tersebut memicu kecaman internasional. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut langkah itu sebagai "bencana dengan tingkat keseriusan yang belum pernah terjadi sebelumnya" dan "langkah menuju perang tak berkesudahan."
Jerman pun menghentikan ekspor peralatan militer yang dapat digunakan di Gaza, sementara Inggris dan sekutu Eropa lainnya mendesak Israel mempertimbangkan kembali eskalasi militer.
Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, justru menuding sejumlah negara lebih menekan Israel ketimbang Hamas. "Serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023-lah yang memicu perang ini," ujarnya.
Serangan Israel kali ini terjadi di tengah memburuknya krisis kelaparan di Gaza. Kementerian Kesehatan setempat melaporkan lima kematian baru akibat malnutrisi dan kelaparan dalam 24 jam terakhir, sehingga total korban menjadi 222 orang, termasuk 101 anak-anak, sejak perang dimulai.
Sementara itu, petugas medis di RS Al Shifa mengonfirmasi tewasnya Al Sharif bersama empat rekan kerjanya dan jurnalis lepas Mohammad Al-Khaldi. Israel menuduh Al Sharif memimpin sel Hamas, namun klaim itu dibantah Al Jazeera.
Kantor media Hamas di Gaza menyebut total 238 jurnalis telah tewas sejak perang dimulai, sementara Komite Perlindungan Jurnalis mencatat sedikitnya 186 wartawan menjadi korban.
Data otoritas kesehatan Gaza menunjukkan lebih dari 61.000 warga Palestina tewas akibat kampanye militer Israel sejak Oktober 2023. Sebagian besar penduduk kini mengungsi berulang kali, menghadapi kehancuran masif, dan krisis kemanusiaan yang semakin parah.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ratusan Eks Mossad Teriak, Minta Netanyahu Hentikan Serang Gaza
