
Sempat Nahan Ekspor Gas, Bahlil Beberkan Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan alasan sempat ditahannya ekspor gas beberapa waktu lalu.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, hal itu dikarenakan pemerintah ingin mengoptimalkan sumber daya di dalam negeri terlebih dahulu sebelum ekspor.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu industri dalam negeri sempat mengaku kesulitan memperoleh pasokan gas bumi. Begitu juga dengan perkiraan pasokan ke depannya yang diperkirakan akan berkurang.
"Nah memang kemarin banyak hal yang jadi diskusi kenapa menahan sebagian ekspor karena mau nahan neraca komoditas kita, perintah Presiden memanfaatkan maksimal seluruh produksi dalam negeri, untuk dalam negeri. Kalau lebih, baru ekspor. Tapi kan ada kontrak sebelum proses produksi berjalan harus kita hargai karena akan tidak menguntungkan persepsi global. Kita gas rem. Kita belum pernah impor gas sampai saya bicara ini," jelasnya saat Konferensi Pers Capaian Kinerja Semester I Tahun 2025 Kementerian ESDM, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (11/08/2025).
Bahlil memaparkan, total produksi gas bumi selama Semester I-2025 tercatat mencapai 5.598 miliar British thermal unit per hari (BBTUD).
Pemanfaatan gas bumi untuk domestik masih tetap mendominasi, yakni mencapai 69% atau setara 3.877 BBTUD. Sementara porsi ekspor "hanya" 31% atau setara 1.721 BBTUD.
Pemanfaatan gas bumi untuk domestik menurutnya sudah termasuk untuk kegiatan hilirisasi, khususnya untuk pasar industri dan pupuk, yakni sebesar 38% atau 2.110 BBTUD, dan domestik lainnya sebesar 31% atau 1.767 BBTUD, yakni untuk Bahan Bakar Gas (BBG), jaringan distribusi gas bumi untuk pelanggan rumah tangga (jargas), peningkatan produksi migas, ketenagalistrikan, Liquefied Natural Gas (LNG), dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
"Nah sudah barang tentu ini barang ini setelah produksi apakah dibawa ke mana apakah dalam atau ekspor. Ini gas, banyak wartawan tanya saya kenapa gak impor gas? Kok pertanyaannya suka impor banget ya, dari total kita punya domestik termasuk hilirisasi, 69%. Ekspor 31%," tuturnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Perlu Impor, Bahlil Sebut Pasokan Gas RI Akan Naik di 2026-2027