Wanti-Wanti Bahlil: Batu Bara Harus Dikelola Hati-Hati, Buat Anak-Cucu
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mewanti-wanti bahwa pengelolaan batu bara harus dilakukan dengan hati-hati. Pengusaha pun diminta tidak hanya mengejar keuntungan, namun juga harus memperhatikan jangka panjang, khususnya pasokan energi untuk anak-cucu di masa mendatang.
Hal ini dikatakan Bahlil karena Indonesia sebagai salah satu eksportir batu bara thermal untuk kebutuhan pembangkit listrik dunia justru tak bisa berkutik dengan harga di pasar. Dia menyebut, 45% batu bara di pasar dunia berasal dari Indonesia.
"Sebenarnya agak lucu memang, Indonesia eksportir batu bara listrik 45% dunia berasal dari Indonesia. Begitu harga turun gak bisa apa-apa. Permintaan sedikit, barangnya banyak. Revisi RKAB akan kita lakukan tanpa pandang bulu untuk stabilitas. Akan ada pajak baik dan pengusaha untung baik atau jangan dimaknai untuk 5 tahun saja, ini untuk anak cucu kita, kita harus kelola hati-hati. Cara pengelolaan harus hati-hati," tuturnya saat konferensi pers Capaian Kinerja Semester I Tahun 2025 Kementerian ESDM, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (11/08/2025).
Pada kesempatan ini, dia pun memaparkan data produksi batu bara RI sampai Juni 2025.
Dia menyebut, produksi batu bara RI selama Semester I-2025 sudah mencapai 357,6 juta ton. Jumlah produksi pada paruh pertama 2025 ini baru mencapai 48,34% dari target produksi setahun yang dipatok sebesar 739,67 juta ton.
Bahlil memaparkan, dari realisasi produksi batu bara sebesar 357,6 juta ton pada Semester I-2025 tersebut, sebesar 238 juta ton atau 66,5% dari produksi tersebut ditujukan untuk penjualan keluar negeri atau ekspor. Kemudian, sebesar 104,6 juta ton atau sebesar 29% dari produksi dijual untuk kepentingan domestik atau Domestic Market Obligation (DMO), yakni untuk pembangkit listrik, smelter, dan lainnya. Sementara 15 juta ton berupa stok.
"Bapak Ibu semua kita lihat batu bara, target produksi batu bara 2025 berdasarkan target 739,7 juta ton. Sekarang kan harga batu bara dunia turun 30% ini terjadi karena supply demand. Total batu bara yang beredar di dunia 1,3 miliar ton. Total kebutuhan 8,9 miliar ton. Dari 1,3 miliar ton itu Indonesia ekspor, dari data 2024 ke bawah 600-650 juta ton, ini karena RKAB 3 tahun akhirnya harga turun gak bisa kita kendalikan, dari 739 juta ton itu sekarang sudah 357,6 juta ton, DMO 104,6 juta, ekspor 238 juta ton, Stok berapa ini 15 juta ton," paparnya.
Adapun target produksi batu bara hingga akhir 2025 ini yakni mencapai 739,7 juta ton, di mana 239,7 juta ton di antaranya ditujukan untuk domestik atau Domestic Market Obligation (DMO).
(wia)