Transjakarta Tembus Bogor-Bekasi-Banten, Ini Respons Kemenhub

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
08 August 2025 19:30
Suasana Halte Bus Transjakarta Velodrome, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (15/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Suasana Halte Bus Transjakarta Velodrome, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (15/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan manusia di wilayah Jabodetabek sudah tergolong sangat tinggi, mencapai 75 juta orang. Selain warga Jabodetabek, warga sekitarnya pun keluar masuk wilayah ini untuk bekerja dan beraktivitas setiap harinya.

"Setiap hari Jabodetabek ada 75 juta pergerakan, sedangkan yang pakai public transport hanya 2,5 juta. Sisanya 70 juta angkutan kecil, plus sepeda motor, serta ojek," kata Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda di Kementerian Perhubungan Risal Wasal dalam Talkshow Masa Depan Mobilitas Kota di Jakarta, Jumat (8/8/2025).

Namun sudah ada upaya untuk menekan kemacetan dengan cara memperluas transportasi umum. Misalnya Transjakarta yang sudah menyediakan layanan hingga Bogor, Bekasi, hingga Alam Sutera, Banten. Dengan jangkauan yang luas, Pemprov DKI Jakarta harus memberikan subsidi karena tarifnya tetap Rp 3.500.

"Kini ada Transjakarta ke Alam Sutera, Alam Sutera ke Bogor tarifnya murah Rp 3.500. Saya tanya ke Pak Wagub (Rano Karno), apa yang membuat Pemprov DKI berani membuat program itu? Apa bisa menambah pundi-pundi DKI?" ucap Risal.

Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda di Kementerian Perhubungan Risal Wasal dalam Talkshow Masa Depan Mobilitas Kota di Jakarta, Jumat (8/8/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)Foto: Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda di Kementerian Perhubungan Risal Wasal dalam Talkshow Masa Depan Mobilitas Kota di Jakarta, Jumat (8/8/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda di Kementerian Perhubungan Risal Wasal dalam Talkshow Masa Depan Mobilitas Kota di Jakarta, Jumat (8/8/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

"Saya tanya itu jujur, jawabannya mereka tetap ingin orang tetap pergi ke Jakarta sebagai kota kolaborasi, dengan orang jajan di Jakarta, banyak pajak, ada TOD baru, jadi pusat jajan, pusat makan, pusat anak muda," sebut Risal.

Tingginya pergerakan manusia itu menimbulkan pekerjaan rumah (PR) dalam kemacetan. Selain di Jakarta, kemacetan di kota-kota besar di Indonesia sudah masuk ke dalam peringkat atas kota termacet di dunia. Sebanyak 5 kota besar yang merupakan ibu kota di provinsi, masuk ke dalam 90 kota termacet di dunia, paling parah yakni Bandung sebagai kota termacet ke 12 di dunia, sedangkan Jakarta di peringkat 90.

Berdasarkan versi TomTom Traffic Index 2024, Bandung berada di peringkat ke-12 dunia dalam kemacetan serta ke-8 tingkat kepadatan. Rata-rata untuk menempuh 10 km selama 32 min 37 detik, serta Waktu hilang sebanyak 108 jam/tahun.

Kemudian Medan peringkat ke-15 dunia dalam kemacetan, dan ke-46 tingkat kepadatan, rata-rata waktu untuk menempuh 10 km selama 32 min 3 s, sehingga waktu hilang selama 111 jam/tahun. Sedangkan di Palembang menjadi Peringkat ke-53 dunia, ke-33 tingkat kepadatan, Rata-rata waktu untuk menempuh 10 km selama 27 min 55 s Sehingga waktu hilang selama 94 jam/tahun.


(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hari Ini Kartini Jakarta Gratis Naik TransJakarta, MRT & LRT Jakarta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular