Jakarta Dibanjiri Kendaraan Listrik, Begini Efek Ekonominya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik, termasuk untuk penyerapan tenaga kerjanya.
Mengutip riset tim ekonom LPEM FEB UI dalam Labor Market Brief Volume 6 Nomor 7, pada 2024 disebutkan aktivitas manufaktur dan transportasi yang berkaitan dengan EV telah mencapai sekitar 10,5% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta.
"Dari angka tersebut, subsektor alat transportasi memiliki kontribusi dominan sebesar 5,8%, disusul oleh subsektor kimia dan farmasi sebesar 1,6%, serta transportasi darat sebesar 2%," dikutip dari riset LPEM FEB UI yang bertajuk 'Transformasi Ekonomi Jakarta dan Tantangan Ketenagakerjaan Inklusif', Jumat (8/8/2025).
Meski demikian, ekosistem EV ini lebih condong berkembang pesat di sektor jasa. Sementara itu, sektor manufaktur pendukung EV seperti produksi komponen elektronik, produk logam, dan transportasi rel kontribusinya relatif kecil, dengan kisaran 0,1%-0,4%.
"Pertumbuhan EV juga diiringi permintaan terhadap layanan perdagangan, jasa bisnis, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), hingga jasa keuangan, dengan tingkat keterkaitan antarsektor mencapai angka 1,40, menandakan efek spillover yang cukup besar terhadap ekonomi lokal," tulis tim ekonom LPEM FEB UI dalam kajiannya.
Ihwal ketenagakerjaannya, LPEM FEB UI menunjukkan, data pada 2023 memperlihatkan tenaga kerja sektor EV sebagian besar terkonsentrasi pada subsektor transportasi penumpang darat yang non- bus, yang didominasi oleh laki-laki dengan jumlah lebih dari 300 ribu pekerja.
Sementara subsektor lain seperti pembangkitan listrik, instalasi kelistrikan, dan manufaktur baterai serta akumulator juga mulai menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan, namun jumlah pekerjanya jauh lebih rendah dibanding transportasi penumpang.
Dari keseluruhan pekerja di sektor ini, proporsi pekerja perempuan tercatat hanya sebesar 5%, baik pada pekerjaan berorientasi hijau (green jobs) maupun non-hijau. Secara absolut, hanya sekitar 4,8 ribu perempuan yang terlibat dalam pekerjaan hijau, dan 17,6 ribu di sektor non-hijau.
"Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa sektor EV masih menjadi sektor yang memiliki kecenderungan mempekerjakan pekerja laki-laki dan cenderung belum memiliki ruang partisipasi yang luas bagi perempuan," ungkap tim ekonom LPEM FEB UI.
(arj/haa)