Prabowo: Strategi yang Dipegang Pemerintah Berdasarkan Kondisi Nyata
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto mengatakan, strategi transformasi yang dipegang pemerintahannya yaitu strategi berdasarkan realisme, kondisi nyata, baik yang terjadi di dalam negeri maupun regional dan global.
Dia mengatakan hal ini dilakukan di tengah kondisi geopolitik dan geoekonomi global yang makin penuh ketidakpastian, terutama ketika perang terjadi di mana-mana, mulai dari perang Rusia-Ukraina, Timur Tengah, Gaza, Israel-Iran, India-Pakistan, Myanmar, hingga perang antartetangga RI, Kamboja-Thailand.
"Belum lagi kita hadapi kondisi geoekonomi dunia, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif yang dipasang oleh Amerika Serikat, kita menghadapinya dengan tenang, saya terima kasih dengan tim ekonomi kita, saya terima kasih Saudara-Saudara bekerja dengan tim sebagai tim yang baik," ungkap Presiden Prabowo saat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (06/08/2025).
"Kita negosiasi, kita berunding, kita tidak emosional, kita tidak terpancing, kita mengerti bahwa kita punya kepentingan besar, tugas Pemerintah Indonesia adalah melindungi rakyat Indonesia, melindungi pekerja dan keluarga mereka. Untuk itu, kita telah mencapai satu titik yang terbaik yang bisa kita capai saat ini walaupun kita tidak berhenti untuk mencari kondisi lebih baik untuk ekonomi bangsa kita rakyat kita," ujarnya.
Kondisi dunia yang penuh dengan ketidakpastian tersebut menurutnya memang menguji strategi besar pemerintah yakni strategi berdasarkan realisme, berdasarkan kondisi nyata.
"Kita paham dan mengerti, bahwa kondisi ini akhirnya menguji strategi besar kita, menguji strategi transformasi yang sudah saya canangkan, di awal bahkan sebelum saya dilantik sebagai Presiden. Strategi transformasi bangsa yang kita pegang adalah strategi berdasarkan realisme, berdasarkan kondisi nyata, bangsa dan regional dan global," tuturnya.
"Kondisi nyata ini tidak bisa kita hadapi dengan teori, dengan angan-angan, idealisme bener idealisme perlu, tapi yang utama yang bisa selamatkan kita adalah realisme, kita harus realistis melihat situasi dan kita ambil langkah-langkah," ujarnya.
Dia menegaskan, negara ini akan aman bila negara bisa menguasai pangan.
"Saudara-Saudara, sejak lama saya berkeyakinan apa yang terjadi bangsa kita akan aman kalau kita kuasai pangan kita. Kalau kita bisa amankan pangan kita. Kita bisa jamin kita beri makan rakyat kita, setiap hari setiap minggu setiap bulan setiap tahun. Saya tidak pernah percaya suatu bangsa bisa merdeka kalau dia tidak bisa produksi pangan sendiri, tidak ada dalam sejarah manusia, it does not happen, it will not happen," ujarnya.
"Tidak ada negara yang merdeka berdaulat tanpa dia bisa produksi makanan sendiri karena itu produksi pangan bagi saya strategis. Selalu bangsa kita diganggu bahkan dirusak melalui pangan. Kalau ada bangsa lain yang ingin merusak kita, dia ingin merusak pangan kita," ucapnya.
Dia pun bersyukur dengan transisi pemerintahan yang baik, kondisi pangan di dalam negeri saat ini berada dalam kondisi aman.
"Alhamdulillah dengan langkah-langkah cepat dan terus terang saja, dengan transisi baik antara Presiden Joko Widodo dan saya. Kita bisa dalam posisi sekarang produksi pangan kita berada pada kondisi aman dan kuat. Terima kasih pada semua pihak yang mencapai ini ini juga hasil kerja sama team work, Mentan dibantu menteri lain, didorong Menkeu, dibantu TNI Polisi, juga Kejaksaan karena dalam ekonomi kita menghadapi pemain-pemain yang punya agenda lain daripada kita, pemain-pemain di ekonomi ini ada yang niatnya mencari keuntungan sebesar-besarnya tidak peduli rakyat kondisi kaya apa, bila perlu rakyat dimiskinkan terus agar mereka bisa menghisap kekayaan kita bagaikan menghisap darah, ada," paparnya.
"Ini namanya realisme. Kita bukan anak kecil, kita duduk di sini di kabinet saya sebagai Presiden, Wapres kita bukan anak kecil, kita tidak bisa dibohongi tidak bisa ditipu lagi, kita ingin baik dan beri kesempatan semua, tapi kita tidak rela rakyat Indonesia dimiskinkan terus," tandasnya.
(wia)