Produksi-Ekspor Batu Bara RI di Semester I 2025 Anjlok Berjamaah

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 05/08/2025 09:40 WIB
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat capaian ekspor batu bara RI sepanjang Semester I 2025 mengalami penurunan apabila dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Begitu juga dengan realisasi produksi batu bara.

Berdasarkan data dari Minerba One Data Indonesia (MODI), ekspor batu bara RI sepanjang Semester I mencapai 185,98 juta ton. Angka ini turun 6,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 198,13 juta ton.

Penurunan ekspor batu bara tersebut juga sejalan dengan tren turunnya produksi nasional selama enam bulan pertama 2025. Produksi batu bara RI pada Semester 1 tercatat mencapai 371,66 juta ton atau turun 8,47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 406,06 juta ton.


Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batu bara pada periode Januari-Juni 2025 "hanya" sebesar US$ 11,97 miliar. Nilai tersebut turun 21,09% dibanding periode yang sama tahun 2024 yang tercatat sebesar US$ 15,17 miliar.

Ekspor Batu Bara ke China-India Turun

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) mengungkapkan ekspor batu bara Indonesia, terutama ke dua negara tujuan utama yakni China dan India, terpantau menurun sejak awal tahun 2025 ini.

Plt. Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani mengatakan jumlah ekspor batu bara RI ke China hingga Mei 2025 tercatat menurun hingga 15% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Begitupun ke India, hingga saat ini ekspor batu bara ke negara tersebut menurun 7% dibandingkan dari tahun 2024.

Alasannya, terdapat peningkatan produksi batu bara di kedua negara tersebut. "Penurunan ini banyak dipengaruhi oleh meningkatnya produksi domestik di kedua negara, sehingga impor mereka dari Indonesia ikut berkurang," jelas Gita kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/6/2025).

Ditambah, saat ini juga terdapat persaingan dengan negara pengekspor batu bara lainnya seperti Australia, Mongolia, hingga Rusia, yang juga disinyalir menjadi salah satu alasan permintaan batu bara ke Indonesia berkurang.

"Di saat yang sama, persaingan dengan negara lain seperti Rusia, Mongolia, dan Australia juga makin ketat terutama dari sisi kompetitif harga," imbuhnya.

Padahal menurutnya, saat ini penggunaan batu bara di China terpantau masih tinggi yang dinilai seharusnya masih membutuhkan impor besar dari Indonesia. Namun alasan permintaan batu bara ke RI menurun adalah lantaran stok batu bara di Negeri Tirai Bambu tersebut masih mencukupi.

"Padahal biasanya setelah Imlek stok akan menurun, tapi tahun ini justru tetap tinggi. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan impor dari Indonesia belum terlalu mendesak karena stock mereka masih cukup," paparnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: ESDM Kaji Peluang Koperasi Desa Merah Putih Kelola Tambang