Ujung Era Prabowo, Megaproyek Inpex di RI Ditargetkan Mulai Beroperasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan proyek gas Lapangan Abadi, Blok Masela, yang dioperasikan perusahaan asal Jepang, Inpex Corporation, dapat beroperasi paling lambat 2029. Hal tersebut menyusul dimulainya tahap Front End Engineering and Design (FEED) atau desain teknis.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan bahwa Inpex selaku operator Blok Masela telah menginformasikan pelaksanaan tahap FEED pada hari ini, Senin (04/08/2025).
Menurut dia, setelah FEED, langkah selanjutnya akan difokuskan pada percepatan perizinan, termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan pelepasan kawasan hutan.
"Ada beberapa perizinan seperti Amdal, tadi rapat, kita mau percepat pelepasan kawasan hutan. Kan pemerintah urusannya perizinan, ya udah itu mau kita selesaikan. 2029 sih berharap paling telat harusonstream (beroperasi)," kataDjoko saat ditemui di KementerianESDM, Jakarta, Senin (04/08/2025).
Sebelumnya, berdasarkan keterangan resmi Inpex, tahap perancangan desain atau FEED tersebut mencakup peninjauan dan penetapan spesifikasi fasilitas yang akan memproduksi dan memproses hidrokarbon dari Lapangan Gas Abadi, serta fasilitas kilang Liquefied Natural Gas (LNG) darat (Onshore LNG/OLNG).
"Pekerjaan FEED terdiri dari empat paket, yaitu: OLNG; Floating Production, Storage and Offloading (FPSO); Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines (SURF); dan Gas Export Pipeline (GEP)," tulis Inpex dalam keterangan tertulisnya, Senin (04/08/2025).
Setiap bagian proyek tersebut juga mencakup pekerjaan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS). Saat ini, Inpex telah melakukan kontrak untuk paket FPSO, SURF, dan GEP.
Khusus pada paket FPSO, Inpex menggunakan metode dual FEED yang melibatkan dua tim kontraktor berbeda secara paralel. Nantinya, kontraktor dari sisi teknis dan biaya terbaik akan dipilih untuk melanjutkan ke tahap pembangunan. Metode yang sama juga akan diterapkan untuk pembangunan kilang LNG di darat.
Targetnya, proyek gas jumbo tersebut akan memproduksi LNG mencapai 9,5 juta ton per tahun (mtpa). Proyek tersebut diharapkan bisa meningkatkan ketahanan energi Indonesia, Jepang, dan negara Asia lainnya.
Proyek itu juga diharapkan menjadi sumber energi rendah karbon yang stabil dalam jangka panjang, mengingat, cadangan gas yang tersimpan besar dan efisien untuk dikembangkan.
Selain itu, proyek ini juga akan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi di wilayah timur Indonesia dan mendukung target netral emisi karbon (Net Zero Emission/NZE) Indonesia di tahun 2060 mendatang.
"Selain itu, proyek ini juga akan berkontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi di wilayah timur Indonesia dan mendukung target net-zero emisi karbon Indonesia di tahun 2060," tulis Inpex dalam keterangan tertulisnya.
Blok Masela
Inpex Masela Ltd merupakan pemegang hak partisipasi (Participating Interest/ PI) terbesar di Blok Masela yakni mencapai 65%.
Sebelumnya, Inpex ditemani oleh Shell Upstream Overseas Services dengan saham 35%. Namun sayangnya, Shell memutuskan hengkang dari proyek gas abadi yang berlokasi di Maluku itu.
Adapun 35% saham Shell tersebut sejak Juli 2023 lalu telah diambil oleh PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20% dan Petronas 15%.
Perjanjian jual beli hak partisipasi dari Shell ke Pertamina dan Petronas ini ditandatangani pada 25 Juli 2023 dan persetujuan Menteri ESDM atas pengalihan PI diperoleh pada 4 Oktober 2023.
Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Adapun potensi gas dari Lapangan Abadi ini diperkirakan 6,97 triliun kaki kubik (TCF) gas.
Setelah kontrak bagi hasil ditandatangani pada 1998, akhirnya Inpex menemukan cadangan gas jumbo di Blok Masela ini pada tahun 2000.
Setelah 19 tahun kemudian, baru lah Pemerintah Indonesia memberikan persetujuan atas Rencana Pengembangan atau Plan of Development (PoD) pertama (PoD-I) kepada Inpex untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dari Kilang LNG Masela, dan memproduksi 150 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas pipa, serta 35.000 barel per hari (bph) kondensat.
Konsep pengembangan lapangan green field (lapangan migas baru) yang memiliki kompleksitas tinggi dan risiko besar mencakup pengeboran deep water, fasilitas subsea, FPSO (Floating Production Storage and Offloading), dan onshore LNG plant akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi PHE serta mitra-mitranya untuk merealisasikannya. Selain itu pengembangan lapangan ini juga berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja.
Blok Masela juga direncanakan akan menghasilkan energi bersih melalui penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung program Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung sustainability pada era transisi energi.
Penerapan CCS ini pun disetujui Pemerintah Indonesia pada 28 November 2023, melalui Revisi 2 PoD-I. Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan tender FEED. Hingga akhirnya, Rabu, 9 April 2025, Inpex meluncurkan FEED OLNG ini.
Berikut jejak penting Proyek Gas Lapangan Abadi, Blok Masela:
1998: Kontrak bagi hasil (PSC) ditandatangani oleh Inpex
2000: Penemuan cadangan gas jumbo di Blok Masela
2019: Persetujuan Rencana Pengembangan Pertama (PoD-I) oleh Pemerintah Indonesia, untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas bumi, dan 35.000 bph kondensat.
2023: Shell hengkang, Pertamina dan Petronas masuk memegang hak partispasi masing-masing 20% dan 15%. Kemudian, Revisi 2 POD-I disetujui Pemerintah Indonesia, karena memasukkan fasilitas CCS.
2025: FEED OLNG resmi diluncurkan.
2025: 4 Agustus 2025, pelaksanaan FEED.
(wia)