Internasional

AS Tempatkan Senjata Hipersonik Baru di "Depan RI", Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
05 August 2025 05:00
Sebuah kapal menembakkan rudal ke lokasi yang dirahasiakan, setelah Presiden AS Donald Trump melancarkan serangan militer terhadap Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran pada hari Sabtu atas serangan kelompok tersebut terhadap pengiriman Laut Merah, dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video selebaran yang dirilis pada tanggal 15 Maret 2025. Komando Pusat AS/Handout via REUTERS
Foto: via REUTERS/U.S. Central Command

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk menempatkan senjata hipersonik di wilayah Australia Utara. Hal ini pasca Latihan militer antara Washington dan Canberra pada bulan Juli lalu.

Dalam laporan Newsweek, senjata yang ditempatkan adalah Senjata Hipersonik Jarak Jauh (Long-Range Hypersonic Weapon/LRHW) dalam latihan Talisman Sabre 2025. Sistem LRHW, yang dijuluki "Dark Eagle", mampu melakukan serangan presisi pada "jarak jauh, memanfaatkan kecepatan hipersonik."

Laksamana Samuel J. Paparo, komandan Komando Indo-Pasifik AS, menyatakan dalam siaran pers bahwa penempatan ini membuktikan kemampuan Angkatan Darat untuk mengerahkan, menempatkan, dan melatih komando dan kontrol atas kemampuan canggih ini di lokasi-lokasi strategis di seluruh wilayah.

"Pengerahan sistem LRHW ke Australia menandai pencapaian signifikan bagi Komando Indo-Pasifik AS, karena hal ini memvalidasi kemampuan Angkatan Darat untuk mengerahkan, menempatkan, dan menjalankan komando dan kendali (C2) sistem tersebut di lingkungan garis depan," tuturnya, dikutip Selasa (5/8/2025).

Menurut laporan Layanan Penelitian Kongres yang diterbitkan pada bulan Juni, LRHW memiliki jangkauan sekitar 1.725 mil (sekitar 2.775 km), menjadikannya sistem serangan berbasis darat dengan jangkauan terpanjang dalam gudang senjata AS.

Sistem ini menggunakan bodi luncur hipersonik umum dan pendorong roket dua tahap yang dikembangkan oleh Angkatan Laut. Angkatan Laut pada bulan Mei juga mengumumkan keberhasilan uji coba penerbangan end-to-end dari rudal hipersonik konvensional dari Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral, Florida.

"Ini adalah peluncuran pertama dari kemampuan Serangan Cepat Konvensional yang menggunakan pendekatan peluncuran gas dingin dari Angkatan Laut," menurut siaran pers Angkatan Laut.

Perkembangan ini terjadi di tengah persaingan sengit antara AS, China, dan Rusia dalam perlombaan senjata hipersonik. Meskipun AS tertinggal di belakang dua negara lainnya dalam hal kecepatan pengembangan, langkah-langkah baru di bawah pemerintahan yang baru menunjukkan minat yang diperbarui untuk mengejar ketertinggalan.

Para ahli percaya bahwa momentum baru ini bisa menjadi titik balik dalam perlombaan tersebut. Pengembangan LRHW tidak lepas dari tantangan dan penundaan yang juga dihadapi program-program hipersonik lainnya.

Pengembangan senjata hipersonik telah menjadi prioritas utama bagi Pentagon dan Kongres. Permintaan anggaran Pentagon untuk penelitian hipersonik pada tahun fiskal 2025 adalah US$ 6,9 miliar (sekitar Rp113,16 triliun), naik dari US$ 4,7 miliar (sekitar Rp77,08 triliun) pada tahun fiskal 2023. Peningkatan pendanaan ini menunjukkan komitmen serius AS untuk mempercepat pengembangan dan penempatan sistem hipersonik.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kim Jong Un Respons 'Kubah Emas' Trump, Dunia Menuju Perang Nuklir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular