Internasional

Negara Kaya Minyak Dihantam Krisis Air, Ibu Kota di Ambang "Hari Nol"

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
01 August 2025 14:30
Seorang pria Iran minum soda selama gelombang panas di Teheran, Iran 2 Agustus 2023. (Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS)
Foto: Seorang pria Iran minum soda selama gelombang panas di Teheran, Iran 2 Agustus 2023. (via REUTERS/WANA NEWS AGENCY)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ibu kota Iran, Teheran, tengah berada di ambang krisis besar. Para ahli memperingatkan bahwa kota berpenduduk sekitar 10 juta jiwa ini bisa menghadapi "hari nol", yakni kondisi di mana pasokan air benar-benar habis, hanya dalam hitungan minggu.

Kondisi kekeringan ekstrem yang jantung negara Iran mulai terlihat dari debit air di waduk utama yang menyusut drastis, tekanan air dikurangi hampir separuh, dan distribusi air bahkan harus dilakukan lewat truk tangki.

"Jika kita tidak mengambil keputusan mendesak hari ini, kita akan menghadapi situasi di masa depan yang tidak dapat diselesaikan," ujar Presiden Iran Masoud Pezeshkian dalam rapat kabinet, Senin (28/7/2025), seperti dikutip CNN International.

Direktur Institut PBB untuk Air, Lingkungan, dan Kesehatan, Kaveh Madani, menyebut krisis kali ini sebagai ancaman nyata terhadap kelangsungan hidup ibu kota Iran.

"Kita sedang membicarakan kemungkinan hari nol dalam beberapa minggu," ungkap Madani, yang juga pernah menjabat sebagai wakil kepala Departemen Lingkungan Hidup Iran.

Menurutnya, Teheran belum pernah mengalami situasi darurat air seperti ini sebelumnya. Kini, sebagian warga yang tinggal di gedung bertingkat tinggi bahkan tidak lagi mendapatkan pasokan air. Pemerintah telah memperingatkan bahwa jika konsumsi tidak ditekan, kota ini akan benar-benar kehabisan air.

Pemerintah pun mengambil langkah darurat. Gubernur Provinsi Teheran Mohammad Sadegh Motamedian mengatakan bahwa sekitar 80% rumah tangga terdampak oleh penurunan tekanan air.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Fatemeh Mohajerani menyatakan pemerintah sedang mempertimbangkan libur massal selama seminggu agar warga meninggalkan kota dan menurunkan konsumsi air.

Krisis ini dipicu oleh sejumlah faktor. Selain lima tahun berturut-turut dilanda kekeringan, Iran juga mengalami pengelolaan air yang buruk selama beberapa dekade.

"Aktivitas manusia, termasuk pemompaan air tanah yang berlebihan dan praktik pertanian yang tidak efisien, telah membawa wilayah ini menuju apa yang hanya bisa digambarkan sebagai kebangkrutan air," jelas Amir AghaKouchak, profesor teknik sipil dan ilmu kebumian di University of California, Irvine.

Madani menambahkan bahwa situasi saat ini sudah lebih dari sekadar krisis. "Ini adalah kebangkrutan air... beberapa kerusakan tidak dapat dipulihkan."

Data dari Perusahaan Air Regional Teheran menunjukkan bahwa kapasitas waduk yang memasok air ke ibu kota kini hanya tinggal 21%. Di sisi lain, Menteri Energi Iran Abbas Aliabadi mengungkapkan bahwa 30 dari 31 provinsi di negara itu saat ini mengalami tekanan air. Ketika ditanya soal kemungkinan penjatahan, ia hanya mengatakan, "Saya harap ini tidak terjadi."

Suhu ekstrem juga memperburuk kondisi. Menurut ahli iklim Maximiliano Herrera, Iran hampir selalu berada dalam status rekor panas, dengan suhu yang melonjak hingga lebih dari 50°C di beberapa wilayah.

Para pakar menilai solusi teknis seperti desalinasi atau daur ulang air hanya bisa mengatasi gejala sementara. Madani mendorong reformasi struktural, termasuk peralihan dari pertanian boros air menuju sektor jasa dan industri yang lebih efisien. Namun, menurutnya, reformasi semacam ini tidak realistis di bawah pemerintahan saat ini dan di tengah tekanan sanksi internasional.

"Krisis air Iran tidak dapat dipisahkan dari krisis tata kelola yang lebih luas," tegas AghaKouchak.

Kini, harapan utama tinggal tertuju pada musim gugur. "Jika Teheran bertahan hingga akhir September, maka ada harapan untuk menghindari hari nol," pungkas Madani.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Eropa Ini Krisis Air, Raja Arab Turun Tangan Beri Bantuan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular