
Matahari Tutup 2 Toko Dalam Sebulan, Kalah dari Online?

Jakarta, CNBC Indonesia - Matahari Department Store menutup dua gerainya di Jakarta hanya dalam waktu sebulan saja. Adapun dua gerai tersebut yakni Matahari Plaza Kalibata yang ditutup pada 1 Juli lalu dan terbaru Matahari Cibubur Junction pada 27 Juli lalu.
Pihak manajemen Matahari Department Store (LPFF) pun tidak memberikan komentar lebih lanjut terkait penutupan gerai Matahari di Plaza Kalibata dan Cibubur Junction dalam kurun waktu sebulan.
Manajemen justru mengungkapkan bahwa hal tersebut merupakan hal yang normal dalam operasional bisnis ritel.
"Penutupan gerai merupakan bagian dari kegiatan operasional bisnis yang normal," kata Manajemen Matahari Department Store, Rabu (27/7/2025).
Meski begitu, manajemen Matahari mengungkapkan masih terus membuka gerai-gerai Matahari lainnya di tempat lain. Adapun gerai-gerai tersebut yakni SOKO Monostore di Millenium Mall (Mall Atrium) Senen Jakarta Pusat, Plaza Blok M Jakarta Selatan, dan Mal Ciputra (Citraland) Jakarta Barat.
"Kami terus membuka gerai-gerai baru di lokasi strategis seperti SOKO Monostore di Millenium Mall, Plaza Blok M, dan Mal Ciputra (Citraland)," ungkap Manajemen.
"Kami juga buka gerai baru di Indramayu pada Maret 2025," terang Manajemen Matahari.
![]() Suasana terkini, Matahari Kalibata resmi tutup, Rabu (2/7/2025). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra) |
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan penutupan usaha kategori department store sejatinya sudah terjadi sejak lama, karena adanya perubahan gaya berbelanja masyarakat, terutama di kota-kota besar.
"Penutupan usaha kategori Department Store bukan hanya terjadi saat ini tetapi sudah terjadi mulai sejak cukup lama. Bahkan beberapa di antaranya adalah penutupan secara permanen antara lain seperti Lotus Department Store, Centro Department Store, Golden Truly Department Store dan beberapa yang lainnya," kata Alphonzus kepada CNBC Indonesia.
"Penyebabnya ya karena adanya perubahan gaya berbelanja masyarakat," sambungnya.
Alphonzus menambahkan kini peritel dituntut tidak hanya hadir untuk sekadar berbelanja saja, tetapi harus disertai dengan pengalaman yang unik sehingga pelanggan mempunyai experience yang melekat di hatinya.
"Sama seperti halnya pusat perbelanjaan, department store yang hanya menyediakan berbelanja, pasti tidak akan mampu bertahan, karena sekarang yang dicari masyarakat ya pengalaman berbeda, mereka sudah tak lagi focus hanya berbelanja saja, tetapi sembari menghadirkan pengalaman yang unik," ungkapnya.
Alphonzus melanjutkan peritel yang tidak mampu memberikan pengalaman yang berbeda bahkan unik, maka mereka tidak berbeda dengan toko online atau e-commerce, karena masyarakat kini dengan mudah berbelanja di toko online tanpa harus datang langsung ke toko fisik, sedangkan masyarakat masih ingin ke pusat perbelanjaan karena ingin sekadar berkumpul sembari berbincang-bincang dengan rekannya atau keluarganya.
"Jika peritel tidak mampu memberikan customer experience dan customer journey yang unik dan berkesan kepada pelanggannya, maka mereka tidak ada bedanya dengan e-commerce," ujarnya lagi.
Dengan hal tersebut, wajar peritel semakin ditinggalkan pelanggannya, apalagi peritel akan langsung bersaing dengan e-commerce.
"Peritel yang tidak mampu merespon perubahan gaya berbelanja makan akan langsung bersaing dan berhadapan dengan e-commerce, yang mana secara perlahan namun pasti akan semakin ditinggalkan oleh pelanggannya," terangnya.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Ritel Beri Kabar Buruk Lagi: Matahari Akan Menutup 8 Gerai
