Tarif Impor AS 0%, Sri Mulyani: Harga Minyak RI Bisa Lebih Murah

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
30 July 2025 11:30
Malacca Strait PSC, doc.EMP
Foto: Malacca Strait PSC, doc.EMP

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa tarif bea masuk 0% untuk produk Amerika Serikat (AS) ke Indonesia dapat membuat harga minyak dan gas (migas) serta pangan menjadi lebih murah.

Hal tersebut ia ungkapkan dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di kantor Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Senin (28/7/2025).

Semula, Sri Mulyani mengatakan bahwa keberhasilan Indonesia dalam melakukan negosiasi penurunan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat dari 32% menjadi 19% akan berdampak positif bagi perekonomian nasional.

Seperti yang diketahui, perjanjian tarif sebesar 0% untuk barang impor AS ke RI berawal dari tarif resiprokal yang diberikan kepada Indonesia sebesar 32% pada April lalu oleh Presiden AS Donald Trump. Setelah beberapa kali melakukan negosiasi, Trump mengetok tarif sebesar 19% untuk impor barang RI masuk ke AS dan tarif 0% untuk sebaliknya.

Menurut Sri Mulyani, penurunan tarif ekspor Indonesia ke AS akan mendorong kinerja sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, serta furniture. Sementara, impor dengan tarif 0% juga dapat mendorong harga komoditas AS menjadi murah.

"Di sisi lain impor dengan tarif 0% atas produk AS diperkirakan mendorong harga produk migas dan pangan Indonesia lebih rendah," kata Sri Mulyani dikutip Rabu (30/7/2025).

Sebagaimana diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Indonesia untuk membuka kran impor energi lebih besar sebagai bagian dari negosiasi tarif.

Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang baru yang lebih luas.

"Mereka akan membayar 19% dan kami tidak akan membayar apapun kami kini memiliki akses penuh ke Indonesia, dan beberapa kesepakatan energi besar akan diumumkan," ujar Trump, Selasa (15/7/2025) seperti dikutip Reuters.

Sebagai imbal balik, Indonesia berkomitmen mengimpor produk energi AS senilai US$15 miliar atau setara Rp 244 triliun (kurs Rp16.290/US$). Paket ini mencakup peningkatan impor minyak mentah, gas alam cair (LNG), batu bara metalurgi, serta listrik dan hydrocarbon gas liquids.

Permintaan Energi RI Kian Menggila

Menurut catatan U.S. Energy Information Administration (EIA), konsumsi energi primer Indonesia mencapai 10,5 kuadriliun Btu pada 2023, tumbuh 16% dalam satu dekade terakhir.

Lonjakan permintaan ini dipicu kombinasi kelas menengah yang terus berkembang, kebutuhan listrik yang melonjak, serta program transisi energi yang belum sepenuhnya menekan ketergantungan fosil.

Indonesia sendiri masih mengimpor sekitar 236.000 barel per hari minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan BBM, dengan AS mulai menggeser peran pemasok tradisional seperti Arab Saudi. Selain itu, LNG dari AS juga mulai mengambil pangsa pasar di tengah penurunan produksi gas domestik.

AS Jadi Pemasok Energi Alternatif

Selama 2020-2024, AS mencatat rata-rata ekspor energi ke Indonesia hampir US$3 miliar per tahun, terutama minyak mentah, LNG, dan batu bara metalurgi.

Impor energi mulai dari LNG hingga minyak bahkan masuk lima besar barang yang dibeli Indonesia dari Amerika. Kini, dengan kesepakatan tarif baru, volume impor RI diperkirakan melonjak 50%, khususnya untuk:

- Crude oil untuk kilang Balikpapan dan Cilacap

- Liquefied Natural Gas (LNG) untuk kebutuhan pembangkit Jawa 1

- Metallurgical coal untuk industri baja domestik

- Hydrocarbon gas liquids untuk sektor petrokimia


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pengusaha Tekstil Khawatir RI Banjir Produk Dumping & Ilegal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular