IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,8% di 2025

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
30 July 2025 07:09
Logo Dana Moneter Internasional (IMF). (REUTERS/Yuri Gripas/File Photo)
Foto: REUTERS/Yuri Gripas

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8%, dari sebelumnya 4,7% pada tahun ini. Adapun, pertumbuhan Indonesia ini akan tetap sama, yakni 4,8% pada tahun 2026.

Hal ini terungkap dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2025. Bersamaan dengan revisi ini, IMF juga menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara berkembang dan ekonomi pasar berkembang tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara ini diperkirakan sebesar 4,1% pada 2025 dan 4,0 persen pada 2026. IMF mengungkapkan kenaikan ini dipicu oleh aktivitas ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada paruh pertama tahun ini dan adanya pelonggaran tarif dari Amerika Serikat (AS) untuk sejumlah mitra dagang utamanya, termasuk China.

"Meskipun ada perkembangan yang menggembirakan ini, tarif masih tetap tinggi secara historis, dan kebijakan global masih sangat tidak pasti, dengan hanya beberapa negara yang telah mencapai perjanjian perdagangan yang sepenuhnya matang," kata Direktur Departemen Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas, Rabu (30/7/2025).

Sementara itu, IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,0% pada 2025 dan 3,1% pada 2026. Menurut catatan IMF, proyeksi ekonomi dunia untuk 2025 ini 0,2 poin persentase lebih tinggi dibandingkan proyeksi dalam World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025, dan 0,1 poin persentase lebih tinggi untuk tahun 2026.

Selain ekonomi dunia, IMF juga merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan AS menjadi 1,9% pada 2025, dari sebelumnya 1,8%. Ekonomi China juga diperkirakan akan tumbuh sekitar 4,8%. Jauh di atas proyeksi sebelumnya yakni 4,0%.

Dibandingkan dengan proyeksi bulan April, pertumbuhan China pada 2025 direvisi naik sebesar 0,8 poin persentase menjadi 4,8%. Revisi ini mencerminkan aktivitas ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada paruh pertama tahun 2025 serta penurunan signifikan tarif antara AS dan China.

Pemulihan akumulasi inventaris (inventory accumulation) diperkirakan akan sebagian mengimbangi perlambatan permintaan akibat percepatan pembelian (front-loading) pada paruh kedua 2025.

Kendati demikian, Gourinchas tetap mengingatkan bahwa resiliensi atau ketahanan global saat ini bersifat rapuh. Dia pun menilai guncangan terkait dengan perdagangan global dapat merugikan ekonomi.

"Ketahanan ini patut disyukuri, tetapi juga rapuh. Meskipun guncangan perdagangan mungkin tidak separah yang dikhawatirkan sebelumnya, guncangannya masih cukup besar, dan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa guncangan tersebut merugikan ekonomi global," ujarnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pertumbuhan Ekonomi Diproyeksi 4,7%, Indonesia Emas Atau Cemas?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular