Modus Baru Mafia Beras Oplosan: Pakai Karung Beras SPHP Bulog

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
28 July 2025 10:25
Warga membeli beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) saat kegiatan Gerakan Pangan Murah di Kantor Pos Fatmawati, Jakarta, Jumat (18/7/2025).  (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Warga membeli beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) saat kegiatan Gerakan Pangan Murah di Kantor Pos Fatmawati, Jakarta, Jumat (18/7/2025).  (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani mengungkap modus baru dalam kasus peredaran beras oplosan bermerek SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Dia menegaskan, beras yang dioplos bukan berasal dari gudang Bulog, melainkan dari luar, dan hanya menggunakan karung SPHP bekas untuk mengelabui konsumen.

"Jadi beras itu bukan beras SPHP yang dioplos. Temuan ini dari Dirkrimsus Polda Riau pada tanggal 24 Juli yang lalu," ujar Rizal kepada wartawan, dikutip Senin (28/7/2025).

Rizal menjelaskan, pelaku membeli kantong kosong bekas beras SPHP, lalu mengisinya dengan beras kualitas rendah.

"Oknum ini membeli kantong beras SPHP bekas. Kantong beras SPHP bekas itu dibeli kosong, terus kemudian dia beli beras, beras yang harganya Rp8.000 (per kg) di Kabupaten Pelalawan. Kemudian dengan beras yang Rp8.000 itu ditambah lagi beras reject (rusak), yang pecahan-pecahan itu. Dimasukkan ke dalam kantong beras packing SPHP. Kemudian baru dijahit sama yang bersangkutan atau oknum ini. Kemudian dipasarkan di pasar dengan harga Rp13.000," bebernya.

Dari hasil pemeriksaan, lanjut dia, pelaku mengaku beras itu bukan milik Bulog. "Jadi bukan beras Bulog yang dijadikan oplosan, tapi kantongnya yang dipakai untuk jualan SPHP itu," tegasnya.

Untuk mencegah kejadian serupa, Rizal mengatakan Bulog memperketat pengawasan dengan menurunkan tim Satuan Pengawasan Internal (SPI) ke seluruh daerah.

"Langkah kita ketat. Contoh sekarang, kami sedang turunkan tim SPI ke daerah, seluruh daerah untuk mengontrol ini. Kami juga berkoordinasi dengan Satgas Pangan, dengan ketat, termasuk juga teman-teman para Babinsa dan Babinkamtibmas yang ada di wilayah," jelas dia.

Bulog juga menggandeng berbagai pihak untuk pengawasan, termasuk Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih. "Kalau ada yang nakal kasih tau, laporin ke Satgas Pangan biar ada tindakan," imbuhnya.

Lebih lanjut, Rizal mengaku sudah memberi perintah untuk menindak pelaku penjualan karung SPHP ilegal. "Contoh tadi saya sudah lihat, di Tokopedia aja ada yang jual karung SPHP itu. Nah kan bahaya itu. Makanya saya perintahkan Direktur Pengadaan hari ini untuk bertindak. Jangan sampai ada jual-jual karung yang ilegal," kata dia.

Terkait kerja sama dengan kepolisian, Rizal memastikan sinergi sudah terjalin erat. "Wah pasti dong. Kita sama aparat sudah melekat, Mas," lanjutnya.

Sebagai langkah antisipasi lanjutan, Rizal menyebut akan ada penambahan ciri khusus pada beras SPHP. Seperti menambahkan hologram, dan/atau menempelkan semacam ID khusus di dalam karung beras.

"Dari Direktur Pengadaan akan menambahkan hologram atau ID khusus atau semacam kalau dulu ada semacam kertas yang ditempel di dalam itu. Sehingga nanti para pembeli beras SPHP itu yakin 'oh ini beras betul asli berasnya Bulog'. Kalau nggak ada tanda gini berarti bukan beras Bulog nih," ujarnya.

Bulog juga akan melibatkan berbagai koperasi di lingkungan pemerintah. "Kita libatkan juga Koperasi Polri. Termasuk Koperasi-Koperasi Pemerintahan. Kayak kementerian-kementerian itu kita libatkan. Supaya apa? Supaya lebih aman, lebih safe," jelas Rizal.

Menurutnya, distribusi melalui instansi pemerintah relatif lebih aman dari penyalahgunaan, dibandingkan dengan penyaluran melalui pasar tradisional.

"Kalau di instansi pemerintah kan nggak mungkin dia ngoplos. Tapi yang bahaya kan yang di pasar-pasar ini. Yang di pasar-pasar nggak ada yang ngawasin soalnya. Pengawasannya ada, tapi nggak seketat yang di jajaran TNI Polri maupun yang ada di pemerintah," ucapnya.

Adapun kasus ini mencuat usai Polda Riau mengungkap praktik pengoplosan beras oleh seorang distributor berinisial R (34) di Jalan Sail, Kecamatan Rejosari, Pekanbaru. Polisi menyita barang bukti berupa beras oplosan yang dikemas menggunakan karung SPHP milik Bulog.

Dirkrimsus Polda Riau Kombes Ade Kuncoro mengatakan pelaku membeli beras reject dari Kabupaten Pelalawan, lalu mencampurnya dengan beras medium dan mengemasnya menggunakan karung SPHP.

"Kemudian dimasukkan dalam karung beras SPHP, sementara yang bersangkutan bukan mitra Bulog," ujar Ade.

Menurutnya, tersangka R pernah menjadi mitra Bulog, namun diputus kontraknya karena menjual beras di atas harga eceran tertinggi (HET). Beras oplosan itu dijual seharga Rp13.000/kg, sementara modalnya berasal dari beras reject Rp6.000/kg dan beras medium seharga Rp11.000/kg.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Beras Oplosan, Titiek Soeharto Perintahkan Ini ke Mentan Amran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular