
Orang Miskin Ekstrem RI 2,38 Juta Jiwa, Ini Cara BPS Hitungnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin ekstrem di Indonesia mencapai 2,38 juta orang per Maret 2025. Angka ini setara dengan 0,85% dari total populasi.
Adapun, jumlahnya mengalami penurunan dibandingkan September 2024 yang mencapai 2,78 juta orang atau 0,99%.
BPS menegaskan pihaknya memiliki standar yang berbeda dalam melakukan perhitungan data kemiskinan Indonesia, dibandingkan Bank Dunia (World Bank). Meskipun kedua institusi mengandalkan Survei Sosial Ekonomi Nasional, hasil akhir dari perhitungan dapat berbeda.
Adapun perbedaan terdapat dalam penggunaan spasial deflator sebagai pendekatan baru Bank Dunia konsep besaran paritas daya beli atau Purchasing Power Parities (PPP).
Deputi BIdang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono menjelaskan bahwa BPS menggunakan standar nasional dalam menghitung garis kemiskinan. Sementara, Bank Dunia, melakukan perhitungan dengan perbandingan global.
Purchasing Power Parities (PPP) digunakan untuk mengukur kemiskinan secara internasional dengan membandingkan daya beli masyarakat di berbagai negara. Namun, Bank Dunia secara rutin merevisi dan memperbarui metode perhitungan PPP sebagai bentuk International Comparison Program (ICP)
Dalam perhitungan terbarunya pada tahun 2022, Bank Dunia menggunakan pendekatan baru yang lebih kompleks bernama spasial deflator.
Pendekatan tersebut baru digunakan oleh Badan Pusat Statistik untuk menghitung data kemiskinan ekstrim. Sementara untuk data kemiskinan lainnya, BPS masih menggunakan metode perhitungan PPP tahun 2017.
"Nah karena World Bank ya menggerakkan dengan spesial deflator, ya kami juga kemarin teman-teman semuanya melakukan penghitungan menyesuaikan untuk kemiskinan ekstrim dengan menggunakan spasial deflator," ujar Ateng dalam konferensi pers, Jumat (25/7/2025).
Spasial deflator adalah alat statistik yang memperhitungkan perbedaan harga antarwilayah suatu negara. Di Indonesia, disparitas harga untuk satu kota dengan kota lainnya bahkan antar kabupaten, bisa sangat besar.
"Jadi spasial deflator itu kan mencerminkan perbedaan harga antarwilayah di Indonesia, bahkan sampai kabupaten, kota. Jadi itu kita mengadopsi untuk kemiskinan ekstrim, karena di sini BPS merilis pertama kalinya," ujarnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Miskin RI Tambah 12 Juta Jiwa Usai Bank Dunia Ubah Hitungan
