
Kanker Ovarium Penyakit Mematikan, Kenali Risiko Hingga Pencegahannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kanker ovarium merupakan salah satu jenis kanker yang banyak menyerang wanita di Indonesia selain kanker payudara dan kanker serviks. Penyakit tersebut dapat menyerang wanita dari segala usia.
Kanker ovarium terjadi akibat adanya perubahan atau mutasi DNA yang menyebabkan sel-sel di ovarium tumbuh secara tidak normal. Sel-sel tersebut berkembang biak dengan cepat dan dapat menyerang serta menghancurkan jaringan tubuh yang sehat.
Indonesia termasuk dalam sepuluh negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia dengan 15.130 kasus baru dan 9.673 kematian setiap tahunnya. Jenis kanker ini perlu diwaspadai karena tidak ada gejala yang dirasakan sehingga kerap terlambat untuk dideteksi.
Kanker ovarium epitelial menjadi jenis kanker ovarium paling umum terjadi yang berkembang pada jaringan epitel, yaitu lapisan tipis yang menutupi bagian luar ovarium.
"Kanker ovarium merupakan kanker tersembunyi karena pengidapnya cenderung mengalami gejala ketika sel kanker sudah menyebar atau memasuki stadium lanjut. Mayoritas pasien kanker ovarium baru terdiagnosis pada stadium 3 atau 4 sehingga penanganan medis umumnya sudah memerlukan tindakan operasi atau kemoterapi," kata Spesialis Obstetri & Ginekologi, Konsultan Onkologi, dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG (K) Onk saat edukasi bertajuk "Kanker Ovarium: Bahaya Tersembunyi yang Harus Diwaspadai" bersama AstraZeneca di Jakarta, Kamis (24/7/2025).
![]() |
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa ada risiko kekambuhan setelah kemoterapi awal yang sangat tinggi, yaitu mencapai 70% dalam tiga tahun pertama. Sebagian besar kasus terdeteksi pada stadium lanjut karena gejala awal yang tidak spesifik seperti perut kembung dan nyeri perut ringan, dan belum adanya metode skrining yang akurat.
Adapun penanganan stadium lanjut umumnya memerlukan operasi besar dan kemoterapi, namun risiko kekambuhan tetap tinggi hingga 70% dalam tiga tahun pertama. Sementara itu, terapi lanjutan menjadi langkah penting untuk mengantisipasi kekambuhan dan memberikan peluang hidup yang lebih lama dengan kualitas hidup yang lebih baik.
Faktor risiko kanker ovarium
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang perempuan terkena kanker ovarium, di antaranya:
- Riwayat keluarga, khususnya jika ada kerabat tingkat pertama (seperti ibu atau saudara kandung) yang pernah menderita kanker ovarium.
- Riwayat reproduksi seperti menstruasi yang dimulai terlalu dini, tidak pernah hamil, atau menopause yang terjadi pada usia lebih tua dari rata-rata.
- Faktor genetik termasuk mutasi pada gen BRCA1/BRCA2 (Breast Cancer Gene), serta kelainan pada mekanisme perbaikan DNA seperti Homologous Recombination Deficiency (HRD).
- Obesitas.
- Bertambahnya usia.
- Memiliki kebiasaan merokok.
Pencegahan
Menjalani gaya hidup sehat memiliki peran penting dalam menurunkan risiko kanker ovarium. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan antara lain, menjaga berat badan ideal, menjalankan pola makan yang seimbang dan sehat, memilih kontrasepsi oral atau Pil KB, berhenti merokok, hingga menghindari terapi hormon. Kebiasaan ini bisa mendukung kesehatan reproduksi perempuan secara menyeluruh.
Berbeda dengan jenis kanker lainnya, hingga saat ini belum tersedia metode skrining yang benar-benar akurat dan dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini. Meski begitu, pemeriksaan seperti transvaginal ultrasound dan tes darah CA-125 dapat menjadi opsi pendukung dalam upaya deteksi dini.
Pendekatan komprehensif dan kolaboratif
Sementara itu, dr. Feddy selaku Medical Director AstraZeneca Indonesia mengatakan bahwa penanganan kanker ovarium khususnya stadium lanjut membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif.
Melalui kerja sama yang erat antara tenaga medis dan penyedia terapi lanjutan, diharapkan semakin banyak pasien yang dapat merasakan manfaat dari terapi inovatif seperti maintenance therapy. Setiap pasien kanker ovarium berhak mendapatkan peluang terbaik untuk hidup lebih lama, dengan kualitas hidup yang lebih baik.
"Di AstraZeneca, kami percaya bahwa inovasi tidak berhenti pada penemuan terapi. Komitmen kami juga mencakup peningkatan kesadaran dan perluasan akses pengobatan bagi pasien kanker ovarium. Edukasi mengenai pentingnya penanganan yang tepat akses terhadap pilihan perawatan merupakan langkah awal dalam membangun sistem kesehatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasien kanker ovarium di Indonesia," kata dr. Feddy.
![]() |
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Memaknai Kartini, Semangat Perusahaan Dorong Perempuan Berdaya