
Ada 3 Risiko Hantui Perekonomian ASEAN+3, Apa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga internasional The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menjelaskan akan ada tiga risiko besar yang berpotensi menekan stabilitas ekonomi negara-negara Asia Tenggara beserta Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan atau ASEAN+3.
Kepala Ekonom AMRO, Dong He, menjelaskan bahwa salah satu risiko utama yang kini dihadapi adalah tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Hal tersebut menciptakan ketidakpastian dalam perdagangan global.
Pasalnya, AS merupakan salah satu mitra dagang terbesar banyak negara.
"Tiongkok telah bangkit menjadi mitra dagang utama bagi banyak negara di kawasan ini. Jadi, bagi ASEAN plus tiga secara keseluruhan, baik AS maupun Tiongkok merupakan mitra dagang utama," ujar Dong He dalam konferensi pers, Rabu (23/7/2025).
"Jadi itulah salah satu alasan mengapa kebijakan perdagangan AS memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap risiko yang dihadapi ekonomi regional," ujarnya.
Selain itu, risiko selanjutnya adalah kondisi keuangan global. Penggunaan dollar AS sebagai mata uang internasional masih dilakukan di negara ASEAN+3. Ketika bank sentral AS, The Federal Reserve mengubah kebijakan moneternya, hal itu akan memengaruhi kondisi moneter di kawasan tersebut.
"Kita sedang menghadapi siklus keuangan global yang signifikan yang mungkin juga memengaruhi kawasan Asia," ujarnya.
Saat ini, The Fed masih dalam situasi "wait and see" namun jika kondisi tersebut, akan terjadi lonjakan inflasi di Amerika Serikat karena perkembangan tarif yang lebih tinggi tersebut.
"Maka kondisi keuangan dapat menjadi lebih ketat dan itu akan mempengaruhi kawasan ini, khususnya kawasan ASEAN+3," ujarnya.
Risiko yang ketiga adalah lonjakan harga komoditas terutama berkaitan dengan konflik geopolitik. He menyoroti harga minyak yang sempat melonjak saat konflik Iran-Israel terjadi.
Kendati kini harga minyak sudah perlahan turun, namun risiko tersebut tentu masih ada.
"Seperti yang Anda ketahui, ekonomi regional bergantung pada impor minyak dari kawasan Timur Tengah. Jadi, itulah risiko lain yang ingin kami soroti," ujarnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Ungkap Pesan Menkeu AS untuk RI & Dunia
