AS Diam-Diam Terjunkan Senjata Nuklir di Gerbang Eropa, Persiapan PD3?
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dilaporkan kembali menempatkan senjata nuklir di wilayah Inggris untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade. Langkah ini mengindikasikan adanya pergeseran signifikan dalam kebijakan penempatan senjata nuklir AS di Eropa, serta kemungkinan perubahan postur militer NATO di tengah meningkatnya ketegangan global.
Sebuah pesawat kargo militer jenis C-17 milik Angkatan Udara AS (USAF) diketahui lepas landas dari Pangkalan Udara Kirtland di Albuquerque, New Mexico-yang merupakan markas Komando Senjata Nuklir USAF dan pusat penyimpanan utama senjata nuklir AS-dan mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF) Lakenheath, di kawasan timur Inggris, pada 16 Juli. Dua hari kemudian, pesawat itu kembali ke AS.
"Itu tampaknya memang ke Inggris, menurunkan senjata tersebut, dan lalu kembali ke operasi reguler di AS," ujar William Alberque, mantan kepala pusat nonproliferasi nuklir NATO, kepada The Times, dikutip Rabu (23/7/2025).
Meski tak ada pernyataan resmi tentang muatan pesawat tersebut, analis dan pakar pertahanan meyakini bahwa yang diangkut adalah senjata nuklir taktis tipe B61, yang belakangan ini telah diperbarui ke versi B61-12.
Pemerintah AS maupun Inggris sama-sama enggan mengonfirmasi secara langsung. Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan, "Kami tetap berpegang pada kebijakan lama Inggris dan NATO untuk tidak mengonfirmasi maupun menyangkal keberadaan senjata nuklir di lokasi tertentu."
Seorang pejabat pertahanan AS juga mengatakan kepada Newsweek bahwa pemerintah tidak akan mengomentari "status atau lokasi senjata strategis."
Penempatan kembali senjata nuklir AS ke RAF Lakenheath-yang pernah menjadi tuan rumah senjata nuklir AS selama beberapa dekade hingga ditarik pada 2008-menjadi sorotan besar. Apalagi, laporan Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) pada 2023 menyatakan bahwa dokumen anggaran militer AS mengindikasikan "dengan kuat" niat USAF untuk menghidupkan kembali misi nuklirnya di Inggris.
Menurut FAS, langkah ini "akan memutus pola kebijakan dan perencanaan selama beberapa dekade terakhir dan membalik arah fokus selatan penempatan nuklir di Eropa yang muncul setelah akhir Perang Dingin."
RAF Lakenheath sendiri merupakan markas dari 48th Fighter Wing atau "Liberty Wing", dan dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami peningkatan infrastruktur. Pangkalan ini akan bekerja berdampingan dengan RAF Marham, tempat Inggris akan menempatkan armada pesawat tempur generasi kelima F-35A yang baru mereka beli.
Adapun AS memiliki dua kategori utama senjata nuklir: strategis dan non-strategis atau taktis. Senjata nuklir strategis seperti rudal balistik antar-benua (ICBM), rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM), dan senjata yang dibawa oleh pembom jarak jauh, dirancang untuk menghancurkan kota besar dan memberikan efek pemusnah massal.
Sementara itu, senjata nuklir taktis seperti B61-yang diyakini kini dipindahkan ke Inggris-memiliki daya ledak lebih kecil dan dirancang untuk penggunaan di medan perang atau wilayah terbatas, bukan untuk serangan skala global. Senjata ini tidak tercakup dalam batasan perjanjian New START yang akan berakhir pada 2026.
Saat ini, AS diperkirakan memiliki sekitar 200 senjata nuklir taktis, dan sekitar setengahnya ditempatkan di pangkalan-pangkalan militer Eropa. Selain Inggris, senjata ini diyakini tersebar di lima negara anggota NATO lainnya, termasuk Jerman, Belgia, dan Turki.
Sidharth Kaushal, peneliti senior dari Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan kepada The Times bahwa penerbangan C-17 tersebut "bisa jadi membawa B61 untuk kemungkinan digunakan di F-35A RAF di masa depan."
"Ini merepresentasikan langkah menuju penggunaan senjata nuklir taktis. Ini memperkenalkan kembali sedikit fleksibilitas dalam cara senjata nuklir digunakan," imbuhnya.
Langkah ini juga dipandang sebagai sinyal bahwa NATO tengah menyesuaikan kembali strategi nuklirnya di tengah ancaman keamanan global, termasuk dari Rusia yang dalam beberapa tahun terakhir makin agresif memamerkan kemampuan nuklirnya, serta ketidakpastian arah geopolitik di Asia dan Timur Tengah.
(luc/luc)