
Pasar Barang Antik di Menteng Sepi Ditinggal Pembeli, Pedagang Nangis

Jakarta, CNBC Indonesia - Toko barang antik yang cukup legendaris di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat mulai tampak sepi dan hanya terdengar cukup keras suara lalu-lalang kendaraan. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di lokasi tersebut pada Senin (21/7/2025) siang, deretan toko-toko yang menjual aneka barang antik ini hanya dipenuhi oleh para pedagang yang masih menunggu pelanggan yang datang.
Seperti kantong waktu yang tertinggal, tempat ini seolah berjalan lebih lambat. Para pedagang kebanyakan hanya melakukan perawatan barang antiknya sembari berharap ada pengunjung termasuk turis asing yang datang menghampiri tokonya.
Adapun barang-barang antik yang dijual di sini pun cukup beragam mulai dari guci, lampu gantung antik, piring-piring antik, patung-patung, wayang, telepon antik, kamera antik, mesin ketik, tape radio, alat musik kuno, piringan hitam, dan lain-lain. Bahkan, di pasar barang antik ini juga ditemui senter aluminum, lampu petromak, gramofon antik, dan lain-lainnya.
Para pedagang mengeluhkan sepinya pendatang dalam beberapa tahun terakhir, setidaknya sejak pandemi Covid-19. Remi, salah satu pedagang barang antik yang menjual mengungkapkan keresahannya soal sepinya pengunjung.
"Sepi, sekarang jadi susah buat perkiraan omzetnya, tidak bisa ditebak, kadang bisa ramai, kadang sepi banget," kata Remi saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Senin (21/7/2025).
Adapun barang-barang antik yang dijualnya yakni saksofon antik, kipas angin antik, telepon antik, dan lain-lain. Meski begitu, Ia tetap bertahan karena masih ada pelanggan yang mencari barang-barang antik.
![]() Toko barang antik yang cukup legendaris di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat mulai tampak sepi dan hanya terdengar cukup keras suara lalu-lalang kendaraan. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata) |
"Ya alasan mau bertahan karena pasti masih ada orang yang mencari barang-barang antik, walaupun mungkin mereka saat ini lagi tidak ingin membeli, mungkin karena di rumahnya masih bagus," tambah Remi.
Sementara itu, Luki, pedagang buku jadul, telepon antik, kamera antik, radio antik, dan mesin ketik juga mengaku sepi pembeli, meski terkadang juga ramai tetapi tidak dapat diprediksi.
"Ya begini memang kondisinya, dibilang ramai juga tidak, sepi juga enggak, karena kalau buku lama kan mungkin ada yang masih nyari ya, walaupun ya sudah menurun," kata Luki.
Luki pun mengakui bahwa pelanggan langganannya cenderung turun, mungkin karena mereka sedang menahan untuk membeli buku-buku lama atau yang lainnya.
"Langganan tetap ada, cuma ya saya lihatnya memang lagi turun, mereka lagi tidak ke sini, mungkin ya tanggal tua, atau ya memang daya beli lagi turun," ujarnya.
Sedangkan Surno, pedagang barang antik lainnya kini hanya pasrah dan berserah kepada Tuhan, meski Ia mengaku kondisinya masih normal.
"Jalanin aja kalau begini, rezeki urusan yang atas (Tuhan), sudah ada yang ngatur," ungkap Surno.
Begitu juga Thamim, Ketua Pedagang Pasar Antik Jalan Surabaya, yang mengaku jumlah pengunjung turun drastis sejak Covid-19.
"Sepi begini kondisinya, tidak seramai dahulu, sekarang kebanyakan hanya lewat saja, sembari melihat-lihat barang-barang antik, tapi yang beli ya sedikit," kata Thamim.
Menurutnya, ada sekitar 202 toko di pasar tersebut yang menjual aneka barang antik, pringan hitam, hingga tas-tas bekas. Namun, beberapa di antaranya kini sudah berhenti berjualan.
"Di sini ada 202 toko kalau tidak salah. Ada yang sudah tutup 1-2 orang, karena belum pulih dari Covid-19, mereka yang sudah tutup tidak kuat berdagang di sini," tambah Thamim.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Tanah SCBD Rp 300 Juta/M2, Menteng & Pondok Indah Tembus Segini
