
Proyek MRT Jakarta Dipuji Negara Lain, Pakai Teknologi Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - PT MRT Jakarta (Perseroda) saat ini tengah mengerjakan proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2. Proyek ini membentang sepanjang sekitar 11,8 kilometer dari kawasan Bundaran HI hingga Ancol Barat.
Fase 2 ini melanjutkan koridor utara-selatan fase 1 yang telah beroperasi sejak 2019 lalu, yaitu dari Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI. Dengan hadirnya fase 2 ini, total panjang jalur utara-selatan menjadi sekitar 27,8 kilometer dengan total waktu perjalanan dari Stasiun Lebak Bulus Grab hingga Stasiun Kota sekitar 45 menit.
Per 25 Juni 2025 progres proyek ini mencapai 49,99%. Adapun Fase 2 segmen 1 yakni Bundaran HI dan Monas ditargetkan beroperasi pada Desember 2027, sementara pengoperasian penuh ditargetkan pada Februari 2030.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Weni Maulina menjelaskan berbagai teknologi yang digunakan dalam proyek pembangunan MRT Fase 2, salah satunya pengembangan Digital Construction melalui Building Information Modelling (BIM). Dia menjelaskan implementasi BIM berdasarkan pengalaman pada pengerjaan proyek MRT Jakarta Fase 1, di mana permasalahan lahan adalah menjadi tantangan utama.
"Jadi paketnya banyak, stasiunnya banyak, dan masing-masing stasiun harus tersambung satu sama lain, ngga boleh salah, ukuran harus akurat, koordinat harus benar, sehingga kita menggunakan satu platform yang sama, yaitu BIM supaya semua koordinat bisa tercatat dengan benar," kata dia dalam pemaparan kelas Fellowship MRT di Wisma Nusantara, Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Di samping implementasi digital connection, MRT Jakarta juga menggunakan teknologi Tunnel Boring Machine (TBM). Penggunaan TBM dapat melakukan penggalian terowongan tetap dapat dilaksanakan dengan rekayasa lalu lintas yang minim.
"Sebetulnya sejauh ini memang di dunia, ada alat-alat yang lebih canggih tetapi tipe tanahnya berbeda. Kebetulan di Jakarta ini tipe tanahnya rata-rata lempung, Tanah Merah, cenderung mudah untuk digali sehingga tipe Tunnel Boring Machine ini paling efisien dan cost-nya paling murah di kelasnya," papar dia.
TBM memiliki kapasitas pengeboran secara horizontal dapat mencapai 12 meter per hari dengan kedalaman hingga 20 m. Menurut Weni, TBM menjadi teknologi yang paling efisien bagi penggarapan proyek MRT Jakarta karena sesuai dengan kondisi lahan di Jakarta.
"Kerjanya cukup cepat 10 meter sampai 12 meter untuk terowongan 1 tahun sudah selesai. Kayak ke arah utara yang dari Monas ke Thamrin kurang lebih 1 sampai 1,5 tahun. Glodok ke Kota juga sama. Tinggal Harmoni sampai Sawah Besar," papar dia.
Dia menambahkan, pengerjaan proyek MRT Jakarta Fase 2 memakan waktu sebagian besar pada penggalian stasiun, di mana stasiun harus di bangun sebanyak 4 level di bawah tanah. Menurut Weni beberapa negara lain juga memerlukan waktu 6 hingga 7 tahun dalam membangun proyek kereta MRT, termasuk Singapura.
"Jadi, yang progres kita di fase 1 kemarin 6 tahun itu cukup diapresiasi negara tetangga sekitar. Karena mereka juga amaze, ini Indonesia bikin MRT pertama tetapi bisa jadi dalam 6 tahun karena yang (negara) lain lebih lama," pungkas Weni.
Sebagai informasi fase 2 terdiri dari dua tahap, yaitu fase 2A dan fase 2B. Fase 2A terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah (Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota) dengan total panjang jalur sekitar 5,8 kilometer, sedangkan Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah (Mangga Dua dan Ancol) dan satu depo di Ancol Marina dengan total panjang jalur sekitar enam kilometer.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Walkot Akhirnya Umumkan Nasib Proyek MRT Jakarta Tembus Tangsel