Jepang Buktinya, Resesi Seks Bawa Petaka Buat Bumi-Asia Lain Waspada?
Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan angka populasi bakal terjadi ke banyak negara di Eropa dan Asia. Bahkan PBB memperkirakan penyusutan tersebut terjadi di 85 negara pada 2050 mendatang.
Demikian mengutip tulisan-laporan peneliti Peter Matanle dari University of Sheffield, Kei Uchida dari Tokyo City University, dan Masayoshi K.Hiraiwa dari Kindai University, yang dimuat di The Conversation pada 3 Juli 2025. Mereka menjelaskan populasi manusia akan mengalami penurunan secara global pada 2100.
Penurunan populasi yang terjadi pertama kali di Asia adalah di jepang tahun 2010. Berikutnya nasib serupa juga dialami Korea Selatan, China dan Taiwan.
Sementara di Eropa, Italia memulainya pada 2014. Diikuti oleh negara lainnya, termasuk Spanyol dan Portugal.
"Kami menyebut Jepang dan Italia menjadi 'negara pelopor depopulasi' sebab peranan mereka sebagai pelopor memahami kemungkinan konsekuensinya pada wilayah tersebut," seperti dikutip dari The Conversation, Sabtu (19/7/2025).
Laporan tersebut juga mengungkapkan soal asumsi depopulasi yang terjadi bisa membantu lingkungan kembali pulih. Mereka menggunakan 1,5 juta observasi spesies pada 158 lokasi di Jepang, yang tersebar di hutan, pertanian, hingga peri-urban yang merupakan transisi di pinggiran kota.
Berikutnya mereka membandingkannya dengan perubahan populasi lokal, penggunaan lahan dan suhu permukaan selama lima hingga 20 tahun.
Hasilnya keanekaragaman hayati mengalami penurunan pada sebagian wilayah yang diteliti. Namun hal itu juga terjadi bahkan pada wilayah dengan populasinya yang juga stabil.
"Namun populasi di wilayah-wilayah ini menua dan juga segera menurun, membuat populasinya setara dengan wilayah yang telah mengalami penurunan," sebut para peneliti tersebut.
Dalam studi tersebut juga disebutkan perlunya pengelolaan aktif pada pemulihan keanekaragaman hayati. Khususnya pada wilayah dengan depopulasi.
"Sumber daya yang menipis adalah risiko sistemik untuk stabilitas ekonomi global. Risiko ekologis, seperti penurunan stok ikan atau deforestasi, butuh akuntabilitas lebih baik dari pemerintah dan perusahaan. Dibandingkan menghabiskan lebih banyak infrastruktur untuk populasi yang menurun, misalnya perusahaan Jepang bisa berinvestasi untuk pengembangan hutan alam lokal agar bisa mendapatkan kredit karbon."
(dce)