Ada Daerah RI Surplus Gas, Tapi..

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 18/07/2025 17:05 WIB
Foto: Pekerja Beraktivitas di Proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran – Tiung Biru (JTB) di Desa Bandungrejo, Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (9/10/2019). Proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang dikelola oleh PEPC merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang telah ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan bahwa saat ini terdapat beberapa daerah di Indonesia yang mengalami surplus gas. Salah satunya yaitu di Jawa Timur.

Meski mengalami kelebihan pasokan gas, namun sayangnya gas tersebut tidak bisa disampaikan kepada pusat pasar yang mengalami peningkatan permintaan gas.

Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi menjelaskan bahwa kondisi tersebut terjadi karena masih terdapat keterbatasan dalam ketersediaan infrastruktur antara sumber pasokan gas ke pasar permintaan gas itu sendiri. Oleh karena itu, gas yang ada di Jawa Timur belum dapat dimanfaatkan secara optimal.


"Di sisi lain ada wilayah surplus yang tadi mengalami kendala-kendala dari sisi belum adanya infrastruktur yang men-deliver gas tersebut sejak 2023, kita struggling menyelesaikan surplus di Jatim dan pemerintah sudah bangun Pipa Cisem (Cirebon-Semarang)," kata Kurnia dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia, dikutip Jumat (18/7/2025).

Selain wilayah Jawa Timur, kondisi serupa juga terjadi di wilayah Natuna. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh permintaan gas pipa dari Natuna ke Singapura yang mengalami penurunan.

Kurnia menyebut permintaan gas bumi dari Singapura kemungkinan disebabkan oleh keputusan Negeri Singa yang mulai mencari pasokan sumber energi yang lebih murah.

"Karena kebetulan gas kita, gas pipa di Natuna tergolong dengan harga yang cukup mahal. Bahkan, kalau mungkin mereka membandingkan dengan pembelian LNG bisa lebih murah dengan LNG, sehingga mereka melakukan sedikit modifikasi untuk melakukan efisiensi," ujarnya.

Namun demikian, karena kendala keterbatasan infrastruktur, maka gas tersebut belum memungkinkan untuk disalurkan ke domestik.

"Namun karena kendala keterbatasan infrastruktur yang belum memungkinkan gas tadi di-deliver ke domestik," katanya.

Dari sisi tren pemanfaatan gas untuk pasar domestik, menurutnya menunjukkan peningkatan.

Dia menyebut, pemanfaatan gas bumi untuk domestik kini kurang lebih telah mencapai 69,26% atau hampir 70%. Sedangkan sisanya yakni sekitar 30% untuk kebutuhan ekspor.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Konsumsi Gas Untuk Listrik Naik, LNG Disorot Sebagai Solusi