RI Jajaki Peningkatan Porsi Impor LPG dari AS Hingga 60%
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) membeberkan, akan memperbesar porsi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat (AS) menjadi sekitar 60%-an dari yang saat ini sekitar 57%. Hal ini merespons kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memangkas tarif impor barang Indonesia menjadi 19% dari yang sebelumnya 32%.
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, per tahun 2024 impor LPG dari AS sebesar 57%. "Memang ada penjajakan untuk peningkatan ke 60% nah itu akan kita jajaki juga," katanya ditemui di Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Meski begitu, Fadjar belum bisa menjelaskan, porsi impor dari negara mana yang akan dikurangi ketika impor dari AS meningkat. Sementara selain LPG, khusus minyak, Pertamina sudah memiliki beberapa kerja sama dengan berbagai mitra di AS.
"Jadi kalau dari Pertamina-nya sendiri, memang kita sudah melakukan kerjasama MOU, bersifat MOU, dengan beberapa mitra kami di Amerika Serikat. Yang baru MOU itu baru optimalisasi untuk kerjasama pengadaan minyak mentah," jelasnya.
Dengan begitu, pihaknya akan terus mendukung pemerintah untuk menjaga ketahanan energi dalam negeri.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan alokasi belanja energi berkisar US$ 10-15 miliar, khusus untuk pembelian minyak, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG dari AS.
"Kami dari ESDM sudah mengalokasikan sekitar US$ 10-15 miliar untuk belanja di Amerika, kalau tarifnya juga diturunkan. Tapi kalau enggak, berarti kan enggak ada deal dong? Nanti kita lihat lagi ya," ungkap Bahlil di Gedung DPR RI, Senin (14/7/2025).
Adapun, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan bahwa Indonesia akan meningkatkan impor sejumlah komoditas energi strategis dari Amerika Serikat, mulai dari LPG, minyak mentah, hingga Liquefied Natural Gas (LNG). "LNG termasuk yang akan diimpor dari AS," ujar Yuliot di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (4/7/2025).
Menurut Yuliot Kementerian ESDM sendiri sudah melakukan pemetaan terkait kebutuhan sumber energi yang akan diimpor. Salah satunya seperti LPG yang kebutuhannya cukup besar.
"Yang pertama kan kita membutuhkan LPG, jadi untuk LPG kita juga akan meningkatkan impor dari Amerika," ujarnya.
Selain itu, kebutuhan minyak mentah untuk kilang dalam negeri juga akan dipenuhi sebagian dari AS. Selama ini, Indonesia telah mengimpor crude dari Amerika, namun tidak langsung, melainkan melalui negara lain sebagai perantara.
(pgr/pgr)