Mal RI Diserbu 'Rojali', Tak Lagi Sepi Bak Kuburan

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Rabu, 16/07/2025 06:10 WIB
Foto: Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengunjung pusat perbelanjaan kian bertumbuh seiring pembaruan konsep dari beberapa mal. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengungkapkan bahwa kondisi itu disebabkan oleh beberapa momen penting.

"Januari-Mei 2025 kunjungan naik 10-15% karena ada beberapa momen penting khususnya ada tahun baru, kemudian Imlek Chinese New Year dan bulan Ramadhan di Maret dan IdulFitri di April," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/7/2025).

Meski demikian, kunjungan sempat turun, penyebabnya karena beberapa momen penting tersebut sudah lewat. Namun tren itu memang sudah terjadi setiap tahunnya.


"Dan tren Indonesia setelah idulFitri bakal ada low season, kami antisipasi dengan pemerintah khususnya Kemenko Perekonomian dengan banyak menyelenggarakan program belanja, karena sudah diantisipasi sehingga program tersebut bisa sedikit menopang low season," ujar Alphonzus.

Sayangnya pertumbuhan kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan juga tergolong kecil dibandingkan target yang ada.

Foto: Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

"Kenaikan 10-15% sebetulnya kecil, nggak sesuai target 20-30%, biasanya target pertumbuhan kunjungan dibanding tahun sebelumnya 20-30%, tapi realisasi ini masih dikategorikan cukup baik, ini hasil daripada antisipasi kami menghadapi low season walau nggak sesuai target," ujarnya.

Parahnya muncul tren dimana banyak masyarakat datang hanya untuk bermain di pusat perbelanjaan, bukan untuk belanja alias rombongan jarang beli atau rojali. Kalaupun belanja jumlahnya juga tidak banyak.

"Kunjungan ke mal tumbuh, masyarakat datang ke mal, tapi yang terjadi perubahan pola belanja tren belanja utamanya yang kelas menengah ke bawah daya belinya belum pulih, mereka beli produk yang harga satuannya kecil, tetap datang," ungkap Alphonzus.

"Misal dia belanja baju baru sebulan 3-4x, sekarang 1-2x, dengan harga lebih rendah. Makan minum dan sebagainya tetap, tapi milih menu yang harganya lebih efisien, itu yang terjadi, secara kunjungan tetap tumbuh tapi pola belanja berubah," lanjutnya.


(fys/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video:Pengunjung Mal Naik Tapi Transaksi Turun, Efek Daya Beli Anjlok?