RI Disorot Dunia Soal Sampah Plastik, Trenggono Ungkap Hal Tak Terduga

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Selasa, 15/07/2025 17:10 WIB
Foto: Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono saat ditemui usai acara Coral Triangle Day di Auditorium Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta, Kamis (22/5/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono menyebut persoalan sampah plastik di laut Indonesia tak sepenuhnya berasal dari dalam negeri. Menurutnya, sebagian besar sampah plastik yang ditemukan di perairan Indonesia merupakan kiriman dari negara lain.

Pernyataan itu disampaikan Trenggono dalam Rapat Kerja Teknis Direktorat Jenderal Penataan Ruang Laut yang digelar di Jakarta, Selasa (15/7/2025). Dalam kesempatan itu, ia menanggapi sorotan dunia terhadap Indonesia yang kerap disebut sebagai penyumbang sampah plastik laut terbesar kedua di dunia.

"Kalau kita bicara marine pollution, sebetulnya tidak hanya plastik. Namun demikian plastik ini menjadi sebuah sorotan yang begitu besar di dunia. Kita selalu ditanya bahwa Indonesia ini adalah sampah plastiknya terbesar nomor dua di dunia," kata Trenggono.


Namun menurutnya, hasil kajian bersama sejumlah universitas di Australia Barat menunjukkan fakta lain. Ia menyebutkan, banyak sampah plastik yang sampai ke laut Indonesia ternyata berasal dari wilayah negara lain.

"Plastik itu tidak semuanya berasal dari dalam daratan Indonesia, tapi juga dari negara-negara yang lain yang terus bergeser juga ke wilayah Indonesia," ujarnya.

Foto: Tangaroa Blue/Handout via REUTERS
Debris and plastic litter found by Tangaroa Blue, an Australian Marine debris initiative, on Christmas Island, Australia in this undated handout. Tangaroa Blue/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT NO SALES NO ARCHIVES

Trenggono juga menyinggung praktik kapal-kapal yang melintas di laut Indonesia dan membawa kantong plastik. Ia meminta agar para awak kapal, khususnya kapal perikanan, tidak membuang sampah ke laut dan membawa kembali kantong plastik ke darat saat selesai berlayar.

"Kami buat gerakan yang namanya Bulan Cinta Laut, yang setiap tahun selalu ada kegiatan itu. Kegiatan ini terus dilakukan, ini tentu perlu dukungan dari para kepala daerah, terutama pesisir. Kegiatan ini harus selalu dijalankan," tuturnya.

Ia mengingatkan, bahaya sampah plastik di laut bukan sekadar persoalan lingkungan, tetapi juga berdampak langsung terhadap kesehatan manusia.

"Kalau dia (sampah plastik) menjadi mikroplastik, lalu dimakan oleh ikan, ikannya ditangkap, dikonsumsi oleh manusia, itu akan menyebabkan tingkat kesehatan yang tidak baik," terangnya.


(wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Melawan Stigma Negatif Soal Nikel