Pasar Minggu Sunyi Sepi-Pembeli Satu per Satu Hilang, Pedagang Teriak
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa pedagang di Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengeluhkan kondisi pasar yang semakin sepi. Mereka pun mengaku sepinya pelanggan membuat omzet mereka turun drastis, di mana ada yang turun hingga 50%, bahkan ada juga yang mengaku penjualan drop hingga 100%.
Mamat, pedagang warung nasi di pasar tersebut mengaku penjualannya jeblok, di mana kini Ia hanya mendapatkan omzet mencapai kurang dari Rp 1 juta per hari. Padahal dahulu ketika pengunjung masih ramai, omzetnya berkisar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per hari.
"Dulu, sebelum 5 tahun ke belakang itu, omzet bisa sampai Rp 3 juta per hari. Sekarang Rp 1 juta per hari saja sudah bersyukur, malah seringnya susah dapat segitu. Bahkan mungkin kalau dapat Rp 500 ribu sekarang itu sudah berasa dapat Rp 5 juta," kata Mamat saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Senin (14/7/2025).
Bahkan saking sulitnya, Mamat yang dahulu tidak ingin berutang, kini terpaksa karena tak adanya pendapatan.
"Sebenarnya kami memang tidak mau berhutang, cuma pas Lebaran kemarin kan kami pulang kampung ya, itu otomatis tidak berjualan, akibatnya tidak ada pendapatan, alhasil ya kami terpaksa berhutang," ujar Mamat.
Seiring dengan sepinya pelanggan, Mamat kini juga lebih berhati-hati dalam berjualan, agar makanan yang Ia jual tidak menyisakan banyak.
"Ya saya dengan istri saya di sini, semenjak makin sepi, sekarang lebih berhati-hati kalau berjualan, misal lauknya sekarang dibuat tidak banyak, ya karena lebih sering sisa kan, ya udah tidak sebanyak dulu," ungkapnya.
Begitu juga Marsih, pedagang pakaian mengaku omzetnya terjun hingga lebih dari 50%.
"Dulu mungkin dapat jutaan rupiah masih gampang, sekarang, sudah susah, bisa dapat Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu saja sudah bersyukur. Itu pun kita sisa buat hidup sedikit, karena kan kita masih bayar sewa, listrik, dan lain-lain," kata Marsih.
Marsih pun kini hanya pasrah dan berharap nantinya bisa dapat ramai kembali.
"Ya kalau begini kondisinya, mau ngeluh pun ya tetap begini, mau pindah, nanti belum tentu nasibnya lebih baik dari sekarang, ya pasrah saja," ungkapnya.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di pasar tersebut pada Senin (14/7/2025), terutama di lantai 2 tampak hanya beberapa pelanggan yang datang dan kebanyakan menghampiri toko yang penjual seragam sekolah. Di lantai tersebut juga cukup banyak toko jahit, namun hanya beberapa toko yang pengunjungnya cukup banyak.
Tak hanya itu saja, cukup banyak ruko yang sudah tutup di lantai 2 Pasar Minggu. Sementara itu di lantai dasar, terlihat pelanggan paling banyak hanya memadati toko perhiasan emas, sedangkan untuk toko pakaian dan elektronik pengunjungnya bisa dihitung jari.
Berdasarkan pengakuan manajemen pasar, dahulunya Pasar Minggu menyediakan sekitar 1.200 ruko. Namun seiring dengan sepinya pelanggan, toko yang tutup mencapai sekitar 300 ruko. Banyak juga pedagang yang mengeluhkan penjualan turun, tetapi mereka tetap membayar uang sewa, listrik, dan lain-lain.
Untuk di Pasar Minggu, pedagang harus membayarkan sewa ruko berkisar Rp 1 juta per bulan, kemudian listrik berkisar Rp 300 ribu per bulan, dan air sekitar Rp 200 ribu per bulan. Adapun biaya sewa dan listrik bergantung pada luas ruko dan penggunaannya.
(chd/wur)