Internasional

Puluhan Ribu Tentara Terjun ke Tetangga RI, Gunakan Senjata Mematikan

luc, CNBC Indonesia
Senin, 14/07/2025 19:00 WIB
Foto: Roket HIMARS ditembakkan oleh pasukan pertahanan Australia, AS, dan Singapura sebagai bagian dari latihan perang gabungan Talisman Sabre 2025, di Shoalwater Bay, Queensland, Australia, 14 Juli 2025. REUTERS/Kirsty Needham

Jakarta, CNBC Indonesia - Latihan tempur gabungan terbesar yang pernah digelar di Australia, Exercise Talisman Sabre, resmi dimulai dan diperkirakan akan menarik perhatian kapal pengintai milik militer China. Latihan ini tidak hanya menyoroti kesiapan pertahanan Australia dan sekutunya, tetapi juga menjadi momen penting dalam dinamika geopolitik Indo-Pasifik yang semakin memanas.

Pada Senin (14/7/2025), Australia meluncurkan rudal dari sistem artileri HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System) milik Angkatan Darat dalam latihan tembak langsung di Shoalwater Bay Training Area, wilayah terpencil seluas 4.500 kilometer persegi di negara bagian Queensland.

"Hari ini adalah pertama kalinya Angkatan Darat Australia menembakkan sistem lintas domain jarak jauh kami secara langsung menggunakan HIMARS, jadi ini adalah hari yang luar biasa," kata Brigadir Nick Wilson, dilansir The Associated Press.


Latihan dua tahunan yang dimulai sejak 2005 ini awalnya merupakan kerja sama bilateral antara Australia dan Amerika Serikat. Namun pada tahun ini, lebih dari 35.000 personel militer dari 19 negara akan ambil bagian selama tiga minggu ke depan.

Negara-negara tersebut mencakup Kanada, Fiji, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Papua Nugini, Filipina, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Tonga, dan Inggris. Malaysia dan Vietnam juga hadir sebagai pengamat.

Untuk pertama kalinya, latihan Talisman Sabre juga akan berlangsung di luar wilayah Australia, termasuk di Papua Nugini, tetangga terdekat Australia. Hal ini menandai perluasan skala dan cakupan latihan militer yang sebelumnya hanya berfokus di Australia.

Sejak 2017, kapal pengintai militer China diketahui rutin memantau latihan ini. Menteri Industri Pertahanan Australia Pat Conroy menyatakan bahwa China kemungkinan besar akan kembali mengawasi latihan tahun ini.

"Militer China telah mengamati latihan ini sejak 2017. Akan sangat tidak biasa jika mereka tidak mengamatinya kali ini," ujar Conroy.

"Kami akan menyesuaikan diri sebagaimana mestinya. Kami tentu akan mengamati aktivitas mereka dan memantau keberadaan mereka di sekitar Australia, dan kami juga akan menyesuaikan cara kami melaksanakan latihan tersebut," tambahnya.

Latihan Talisman Sabre tahun ini secara resmi dimulai pada Minggu di Sydney dengan upacara pembukaan yang dihadiri oleh Letnan Jenderal J.B. Vowell, Wakil Komandan Angkatan Darat AS untuk wilayah Pasifik, serta Laksamana Muda Justin Jones, Kepala Operasi Gabungan Australia.

Momentum latihan ini juga bertepatan dengan lawatan penting Perdana Menteri Australia Anthony Albanese ke China selama enam hari. Albanese dijadwalkan bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing pada Selasa (15/7/2025), yang akan menjadi pertemuan tatap muka keempat mereka.

Menanggapi kemungkinan pengawasan Talisman Sabre oleh China, Albanese menegaskan bahwa hal tersebut tidak akan dibahas dalam pertemuannya dengan Xi.

"Itu bukan hal yang luar biasa. Itu sudah terjadi di masa lalu dan saya akan terus menegaskan kepentingan nasional Australia, seperti biasa," ujarnya kepada wartawan di Shanghai.

Albanese juga mencatat bahwa sejak menjabat sebagai Perdana Menteri, ia telah lima kali mengunjungi Amerika Serikat namun hanya dua kali ke China. Kritik sempat muncul karena ia belum berhasil mengamankan pertemuan langsung dengan Presiden AS Donald Trump, meski hubungan Australia-AS tetap diklaim solid.

"Saya menantikan keterlibatan yang konstruktif dengan Presiden Trump. Kami telah mengadakan tiga percakapan telepon yang membangun," ucapnya.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurnalis Australia Kena Peluru Karet Saat Siaran