Internasional

Perang Saudara Pecah di Negara Arab, 37 Orang Tewas-100 Luka

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 14/07/2025 16:30 WIB
Foto: Anggota pasukan keamanan Suriah berpatroli setelah dikerahkan di desa Al-Soura al-Kubra, menyusul bentrokan antara militan Islam Sunni dan pejuang Druze, di provinsi Sweida, Suriah, 2 Mei 2025. (REUTERS/Karam Al-Masri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sedikitnya 37 orang tewas dan 100 lainnya luka-luka dalam bentrokan bersenjata berbasis sektarian di kota Sweida, Suriah. Hal ini disampaikan  Kementerian Dalam Negeri Suriah, Senin (14/7/2025).

Kekerasan meletus setelah gelombang penculikan kelompok beragama Druze di jalan raya yang menghubungkan Damaskus dengan Sweida Jumat lalu. Hal ini juga menandai pertama kalinya pertempuran sektarian meletus di dalam kota Sweida, ibu kota provinsi yang sebagian besar penduduknya beragama Druze.


Kementerian Dalam Negeri Suriah mengatakan bahwa pasukannya akan memulai intervensi langsung di Sweida untuk menyelesaikan konflik. Mereka juga menyerukan partai-partai lokal di kota Druze untuk bekerja sama dengan pasukan keamanan.

"Siklus kekerasan ini telah meledak dengan cara yang mengerikan dan jika tidak berakhir, kita akan menuju pertumpahan darah," kata Rayan Marouf, seorang peneliti Druze yang berbasis di Sweida dan mengelola situs web Suwayda24.

Sebuah sumber medis mengatakan kepada Reuters bahwa setidaknya 15 jenazah telah dibawa ke kamar mayat di rumah sakit pemerintah Sweida. Sekitar 50 orang terluka, beberapa di antaranya dibawa ke kota Deraa untuk perawatan medis.

Konflik ini terjadi setelah April lalu terjadi bentrokan antara pejuang Sunni dan warga Druze bersenjata di Jaramana, tenggara Damaskus, yang kemudian menyebar ke distrik lain di dekat ibu kota provinsi.

Kekerasan tersebut menandai episode terbaru pertumpahan darah sektarian di Suriah, di mana ketakutan di antara kelompok-kelompok minoritas telah meningkat sejak pemberontak yang dipimpin kelompok Islamis menggulingkan Presiden Bashar al-Assad pada bulan Desember, dan membentuk pemerintahan serta pasukan keamanan mereka sendiri.

Kekhawatiran tersebut meningkat setelah pembunuhan ratusan warga Alawi pada bulan Maret, yang tampaknya merupakan pembalasan atas serangan sebelumnya yang dilakukan oleh loyalis Assad.


Ini juga menjadi gejolak sektarian paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Suriah, di mana perang saudara selama 14 tahun berakhir Desember lalu dengan Assad melarikan diri ke Rusia setelah pemerintahannya digulingkan oleh pasukan pemberontak.


(tps/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Presiden Muslim Ini Buka Dialog dengan Israel, lsyarat Damai?