Negosiasi RI-AS Alot Gegara Gabung BRICS, Istana Buka Suara!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
11 July 2025 17:55
(L to R) Russia's Foreign Minister Sergey Lavrov, Abu Dhabi's Crown Prince Sheikh Khaled bin Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Indonesia's President Prabowo Subianto, South Africa's President Cyril Ramaphosa, Brazil's President Luiz Inacio Lula da Silva, India's Prime Minister Narendra Modi, China's Premier Li Qiang, Ethiopia's Prime Minister Abiy Ahmed, Egypt's Prime Minister Mostafa Madbouly, and Iran's Foreign Minister Abbas Araghchi pose for a family photo during the BRICS summit in Rio de Janeiro, Brazil, on July 6, 2025. BRICS leaders meeting in Rio de Janeiro on Sunday are expected to decry US President Donald Trump's
Foto: AFP/PABLO PORCIUNCULA

Jakarta, CNBC Indonesia - Bergabungnya Indonesia dalam aliansi BRICS dinilai menjadi salah satu faktor gagalnya negosiasi yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat (AS). Pasalnya kebijakan AS saat ini tetap mengenakan tarif 32% terhadap barang impor dari Indonesia, setelah dinegosiasi pemerintah RI.

Selain itu kegusaran Presiden AS Trump terhadap BRICS juga ditunjukkan dengan ancaman bakal mengenakan tarif impor tambahan 10%, bagi negara yang menjadi anggota.

Merespons hal ini, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi membantah bahwa bergabungnya Indonesia di BRICS tidak mempengaruhi keputusan terhadap penerapan tarif yang dilakukan AS.

"Kalau menurut pendapat kami sesungguhnya tidak ada," kata Prasetyo, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (11/7/2025).

Selain itu menurutnya pengenaan tarif itu juga tidak hanya dikenakan kepada negara seperti Indonesia. Terlebih, lanjut Prasetyo, pengenaan tarif itu jauh dari pengumuman Indonesia ditetapkan sebagai anggota BRICS.

Perlu diketahui, Presiden Donald Trump mengumumkan paket impor baru kepada mitra dagangnnya pada 2 April 2025, termasuk Indonesia. Sedangkan Indonesia diumumkan resmi menjadi anggota penuh BRICS pada Januari 2025.

Lebih lanjut, Prasetyo berharap Indonesia masih memiliki peluang untuk menurunkan tarif yang dikenakan hingga di bawah 32%. Saat ini tim negosiasi juga masih berada di Amerika Serikat untuk melakukan upaya negosiasi.

"Mohon doanya dari seluruh masyarakat Indonesia, supaya tim negosiator dapat memberikan hasil yang terbaik bagi bangsa dan negara kita," kata Prasetyo.


(emy/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia Resmi Gabung NDB, Apa Untungnya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular