Gegara Hilirisasi, RI Ketiban Durian Runtuh Sampai Rp 486,56 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Investasi dan Hilirisasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) program hilirisasi nikel terbukti bisa menambah nilai tambah ke penerimaan negara mencapai US$ 30 miliar atau setara Rp 486,56 triliun (asumsi kurs Rp 16.218 per US$).
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Todotua Pasaribu membeberkan, sebelum nikel di Indonesia dilakukan hilirisasi, penerimaan negara hanya sebesar US$ 3 miliar setara Rp 48,65 triliun. Artinya, setelah Indonesia melakukan program hilirisasi nikel dengan peningkatan penerimaan negara mencapai 10 kali lipat, hal itu dinilai sukses sebagai program hilirisasi pemerintah.
"Di tahun 2024 itu kita melihat angka lonjakan yang sangat signifikan, penerimaan negara dalam sektor ini bahkan mencapai sekitar US$ 30 miliar, artinya ada sekitar 10 kali lipat daripada itu. Ini baru dalam konteks nikel. Nah, jadi inilah yang menjadi fundamental," jelasnya kepada CNBC Indonesia pada acara Mining Zone Special Dialogue CNBC Indonesia, Kamis (10/07/2025).
Berkaca dari kesuksesan hilirisasi nikel di dalam negeri, Indonesia saat ini memiliki 28 komoditas yang akan digencarkan hilirisasinya.
"Kita sudah menempatkan ada 28 komoditas strategis yang akan kita menjadikan fokus utama di luar fokus-fokus yang lain, fokus utama terhadap konsep hilirisasi itu sendiri," ungkapnya.
Indonesia saat ini juga tidak lagi mengekspor komoditas 'mentah' sebelum dilakukan proses hilirisasi dalam negeri. Hal itu tidak lain, kata Todotua, untuk mendorong peningkatan nilai tambah RI.
Pemerintah juga tengah mendorong hilirisasi bauksit agar bisa diolah dalam negeri menjadi produk turunannya yakni alumina hingga aluminium. Secara paralel, dilakukan pula hilirisasi komoditas tambang lainnya seperti timah dan batu bara.
"Ini kita sekarang dalam konsep menuju kepada penyempurnaan dalam konsep hilirisasi. Komoditas-komoditas lain juga yang sekarang sudah mulai kita dorong untuk masuk di hilirisasi seperti bauksit. Kalau bauksit itu biasanya bauksit kemudian jadi produk alumina, kemudian jadi produk aluminium," imbuhnya.
Selain pada sektor pertambangan, Todotua menjelaskan program hilirisasi dalam negeri juga menyasar komoditas agrikultur hingga kehutanan.
"Ini juga sudah mulai ada, dan ini yang kita lagi gejot dalam kerangka penyempurnaannya. Basis-basis ini semua balik lagi bahwa perancangan daripada roadmap hilirisasi itu berdasarkan basis volume komoditas," tandasnya.
28 Komoditas Dihilirisasi
Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/BKPM, berikut komposisi cadangan 28 komoditas di Indonesia terhitung dalam lingkup global:
1. Nikel (42%) no. 1 di dunia
2. Timah (16,3%) no. 2 di dunia
3. Tembaga (3%) no. 11 di dunia
4. Bauksit (4%) no. 6 di dunia
5. Besi baja (0,94%) no. 16 di dunia
6. Emas perak (emas 5%, perak 2%)
7. Batu bara no. 7 di dunia
8. Aspal buton (3,91%) no. 3 di dunia
9. Minyak bumi (0,1%) no. 5 di Asia Pasifik
10. Gas bumi (0,7%) no. 4 di Asia Pasifik
11. Sawit (58,7%) no. 1 di dunia
12. Kelapa (27%) no. 1 di dunia
13. Karet (27%) no. 2 di dunia
14. Biofuel (59%) no. 1 di dunia hanya dari sawit
15. Kayu balok (4%) no. 6 di dunia
16. Getah pinus (13%) no. 3 di dunia
17. Udang (16%) no. 3 di dunia
18. Ikan TCT (21%) no. 1 di dunia
19. Rajungan (3%) no. 2 di dunia
20. Rumput laut (28%) no. 2 di dunia
21. Potensi lahan garam potensi 47.734 hektar
22. Pasir silika (0,9%) no. 18 di dunia
23. Mangan (3,2%) no. 7 di dunia
24. Kobal (7,19%) no. 3 di dunia
25. Logam tanah jarang cadangan 227.976 ton
26. Kakao (4%) no. 7 di dunia
27. Pala (31,2%) no. 1 di dunia
28. Tilapia (22,1%) no. 1 di dunia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kontribusi Hilirisasi ke Ekonomi RI Bisa Naik di Atas 30% pada 2030
