RI Bakal Bangun Pembangkit Listrik dari Arus Laut, Ini Lokasinya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Selasa, 08/07/2025 14:50 WIB
Foto: Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi dalam program Economic Update Energy Corner, Selasa (8/7/2025). (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan bahwa Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) besar, salah satunya yaitu energi arus laut.

Pemerintah pun berencana membangun pembangkit listrik berbasis arus laut hingga mencapai 40 Mega Watt (MW) pada tahap awal sampai 2034 mendatang.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengungkapkan, potensi energi arus laut tersebut terdapat di wilayah Indonesia Timur.


Eniya mengatakan, untuk bisa memanfaatkan energi arus laut sebagai sumber listrik, pemerintah kini tengah melakukan proses studi.

"Jadi, sekarang sudah mulai studi untuk melihat potensi arus laut di Indonesia Timur," katanya dalam program Economic Update CNBC Indonesia, Selasa (8/7/2025).

"Nah, kita cantumkan di RUPTL nanti on grid, mungkin sekitar 2030, ya. Itu 40 MW dulu dan sekarang studinya mungkin sedang berjalan," imbuhnya.

Seperti diketahui, pemerintah telah merilis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034, pada 26 Mei 2025 lalu.

Dalam RUPTL 2025-2034 ini, Indonesia menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik baru secara total 69,5 Giga Watt (GW). Adapun dari total kapasitas tersebut, 76% berasal dari EBT atau sekitar 42,6 GW akan berasal dari pembangkit EBT dan 15% atau sekitar 10,3 GW dari sistem penyimpanan energi (storage).

Dari tambahan 42,6 GW pembangkit EBT tersebut, terbesar akan berasal dari sumber energi surya yang terhitung mencapai 17,1 GW atau mencapai 40,1% dari total tambahan EBT.

Selain itu, tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga air ditargetkan mencapai 11,7 GW atau 27,4% dari total tambahan EBT.

"Dan kita juga melihat potensi, jadi kalau hidro itu dianggap sebagai baseload yang baseload lain adalah geothermal," ujar Eniya.

Khusus untuk sumber energi panas bumi atau geothermal hingga tahun 2034 ditargetkan akan ada penambahan kapasitas hingga 5,2 GW atau sebesar 12,2% dari tambahan EBT dalam negeri.

Sedangkan, untuk tambahan kapasitas energi angin mencapai 7,2 GW atau 16,9% dari target tambahan EBT.

"Kita saat ini hanya punya dua lokasi, nih, yang angin, ya, di Sidrap dan Jeneponto. Ini masih kurang sekali potensi-potensi angin kita perlu kita galakkan. Nah, di dalam RUPTL ada porsi 7,2 GW," tambahnya.

Selain itu, dia juga mengatakan akan ada tambahan dari sumber bioenergi sebanyak 900 Mega Watt (MW), disusul oleh tambahan EBT dari nuklir sebanyak 500 MW.

Sementara itu, untuk kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW.

Kemudian, untuk pembangkit fosil masih akan dibangun sebesar 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ternyata Harga Panel Surya Bisa Lebih Murah, Tapi Ada Syaratnya