RI Bangun Pabrik Baterai EV Raksasa di Karawang, Ini Calon Pembelinya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Rabu, 02/07/2025 14:40 WIB
Foto: Baterai Mobil FLP (Lithium Ferro-Phosphate). (Dok. DHL)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini tengah membangun proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi hulu-hilir yang diklaim terbesar di Asia.

Proyek yang memiliki total investasi keseluruhan dari hulu-hilir mencapai US$ 5,9 miliar atau setara Rp 96,04 triliun (asumsi kurs Rp 16.278 per US$) tersebut baru saja dilakukan peresmian proses peletakan batu pertama atau groundbreaking oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada Minggu (29/6/2025).

Presiden Prabowo mengungkapkan, jika ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu-hilir tersebut beroperasi, maka Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah ekonomi mencapai mencapai US$ 48 miliar atau setara Rp 481,55 triliun (asumsi kurs Rp 16.282 per US$).


"Jadi memang tadi saya katakan proyek ini adalah proyek terobosan dan sebagaimana tadi dilaporkan dengan investasi US$ 5,9-6 miliar akan menghasilkan nilai diperkirakan US$ 48 miliar, jadi 8 kali nilai tambahnya," ungkap Prabowo saat meresmikan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).

Di sisi hilir, pabrik baterai EV ini berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC), Karawang, Jawa Barat.

Pabrik baterai EV ini memiliki kapasitas produksi total hingga 15 Giga Watt hour (GWh) per tahun yang ditargetkan beroperasi penuh pada 2028 mendatang.

Proyek baterai EV terintegrasi ini merupakan proyek bersama antara anak usaha Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang (Antam), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), dan perusahaan asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend.

Proyek ekosistem baterai EV tersebut terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV), mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.

Pembeli Baterai

Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, selain ditujukan untuk pasar domestik, produk sel baterai yang dihasilkan melalui pabrik tersebut sudah memiliki calon pembeli dari berbagai negara seperti Jepang, India, China, bahkan Amerika Serikat (AS).

"Ada. Jadi sudah ada beberapa off-taker (pembeli) langsung. Banyak yang ada di Indonesia. Ada juga yang pasar untuk ekspor," ungkapnya di Karawang, Jawa Barat, dikutip Rabu (2/7/2025).

"Negaranya ada Jepang, ada India. Ada juga US," tambahnya.

Meski akan mengirimkan produk sel baterai ke beberapa negara, Toto belum bisa memastikan perusahaan mana yang akan dipasok oleh pihaknya.

Namun, pihaknya memperhitungkan porsi ekspor diperkirakan sebesar 30% dari total produksi sel baterai perusahaan. Sisanya sebesar 70%, kata Toto, akan dipasok untuk kebutuhan pasar di Indonesia.

"Nanti kita lihat. Kalau kita lihat dengan kondisi yang sekarang, diekspor sekitar 30-an%. Tapi nanti pasti berubah-ubah tahun ke tahun," bebernya.

"Jadi kita tidak hanya ke satu negara saja, tapi ke berbagai negara juga. Bagusnya untuk baterai EV ini, perkembangan utama itu di Cina, Amerika, sama Eropa. Timur Tengah juga mulai berkembang. Yang ada nikel ya Alhamdulillah Indonesia. Jadi itu yang tugas negara kita untuk bisa meningkatkan," tandasnya.

Kepemilikan Saham JV

Proyek ekosistem baterai terintegrasi hulu-hilir tersebut dioperasikan oleh PT Aneka Tambang (Antam), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), dan perusahaan asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend.

Proyek tersebut terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV), mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.

Untuk kepemilikan saham Antam, perusahaan produsen tambang nikel ini memiliki mayoritas saham pada sisi hulu usaha patungan atau tepatnya pada JV 1. Antam memegang 51% di JV pertama.

Kemudian, untuk JV kedua dan ketiga, Antam memiliki saham minoritas masing-masing sebesar 40% dan 30%, dan perusahaan asal China, CBL, memiliki mayoritas saham di JV ke-2 dan 3, yakni sebesar 60% dan 70%.

Sementara di sisi hilir, PT IBC memegang 30% pada JV ke-4, 5, dan 40% pada JV ke-6. Sisanya, dipegang oleh CBL. Sementara Antam tidak memegang saham di sisi hilir.

Hulu:

JV 1: Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.

JV 2: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.

JV 3: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

Hilir:

JV 4: Proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

JV 5: Proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.

JV 6: Proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan beroperasi tahun 2031 mendatang.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Produksi Baterai EV Digenjot, RI Siap Ekspor Ke Jepang - AS