Situasi APBN RI 2025, Masihkah Gali Lubang Tutup Lubang?

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
02 July 2025 12:15
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan laporan dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-21 Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2024 - 2025. (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)
Foto: Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan laporan dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-21 Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2024 - 2025. (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah penarikan utang baru alias gali lubang tutup lubang oleh Kementerian Keuangan untuk membiayai defisit APBN hingga Semester I-2025 telah mencapai Rp 315,4 triliun. 

Namun, sampai akhir tahun, kebutuhan penarikan utang baru akan diredam Kemenkeu melalui pemanfaatan saldo anggaran lebih (SAL) APBN 2024.

Untuk nominal penarikan utang baru per Semester I-2025 itu sendiri setara dengan 40,7% dari target pembiayaan APBN yang berasal dari utang senilai Rp 775,9 triliun, dan naik 46,9% dibanding penarikan utang pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 214,7 triliun.

"Jumlah dari keseluruhan (pembiayaan) utang sebesar Rp 315 triliun atau 40,7% dari target APBN tahun ini," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR pada Selasa (1/7/2025).

Total penarikan utang baru untuk membiayai realisasi defisit APBN hingga Semester I-2025 yang sebesar Rp 204,2 triliun itu berasal dari penerbitan SBN senilai Rp 308,6 triliun. Penerbitan SBN sudah mencapai 48% dari target APBN 2025 sebesar Rp 642,6 triliun dan naik 49,7% dibanding Semester I-2024 Rp 206,2 triliun.

Lalu, ada pula yang berasal dari pinjaman senilai Rp 6,9 triliun, setara 5,1% dari target penarikan pinjaman dalam APBN 2025 yang senilai Rp 133,3 triliun. Namun, penarikan utang dari pinjaman ini turun 19,3% dibanding realisasi yang sama pada tahun lalu Rp 8,5 triliun.

Sebetulnya kebutuhan pembiayaan anggaran berpotensi makin besar sampai akhir tahun, karena pendapatan negara yang seret di tengah masih besarnya kebutuhan belanja negara. Kondisi ini membuat proyeksi defisit APBN 2025 kian melebar dari targetnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit APBN akan menjadi sebesar Rp 662 triliun (2,78% dari PDB) sampai akhir 2025, dari sebelumya ditargetkan sebesar Rp 616,2 triliun (2,53% dari PDB). Mempertimbangkan kinerja APBN sampai dengan Semester I-2025.

Dia mengatakan, pelebaran defisit itu disebabkan penerimaan negara, berpotensi mengalami tekanan, membuat realisasinya bakal sampai Rp 2.865,5 triliun dari target Rp 3.005,1 triliun, karena tak jadinya pemberlakukan kenaikan tarif PPN 12% secara umum dan dividen BUMN yang tak lagi masuk ke dalam APBN dalam pos PNBP.

Sementara itu, dari sisi belanja negara sampai akhir tahun, dia prediksi akan sebesar Rp 3.527,5 triliun, lebih rendah sedikit ketimbang target dalam APBN 2025 sebesar Rp 3.621,3 triliun.

Dipicu oleh masih besarnya kebutuhan belanja negara untuk merealisasikan berbagai program prioritas pemerintah, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), pembangunan sekolah rakyat, koperasi desa merah putih, hingga pertahanan semesta, maupun ketahanan pangan serta program kesehatan.

Hal itu pun membuat Sri Mulyani meminta persetujuan DPR di Badan Anggaran (Banggar) supaya pemerintah bisa menggunakan SAL 2024 yang masih tersisa sebesar Rp 457,5 triliun dari sebelumnya Rp 459,5 Triliun supaya pembiayaan anggaran tak perlu dilakukan dengan penarikan utang baru, alias gali lubang tutup lubang. Ia berencana memanfaatkan SAL 2024 sebesar Rp 85,6 triliun.

"Kami akan meminta persetujuan DPR untuk gunakan SAL Rp 85,6 triliun, sehingga kenaikan defisit itu tidak harus dibiayai semua dengan penerbitan surat utang namun menggunakan cash yang ada," ungkap Sri Mulyani.

Kondisi APBN di Semester I-2025:

Defisit APBN 2025. (Dok. Kemenkeu)Foto: Defisit APBN 2025. (Dok. Kemenkeu)
Defisit APBN 2025. (Dok. Kemenkeu)

(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani 'Happy' Setoran Negara Tambah Rp 200 T di Akhir Maret

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular