SKK Migas Ramal Produksi Minyak RI di 2026 Bisa Naik, Ini Proyeksinya
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) pada 2026 bisa lebih tinggi dibandingkan tahun 2025.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyebutkan proyeksi lifting migas pada 2026 bisa mencapai kisaran 1.553-1.627 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD). Untuk tahun 2025 saja, target lifting migas RI sebesar 1.610 MBOEPD.
"Untuk prognosa 2026, 1.553 sampai 1.627 MBOE per day," ungkap Djoko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Khusus lifting minyak, Djoko memproyeksikan pada 2026 mendatang Indonesia bisa mencapai lifting minyak sebesar 600-610 ribu barel per hari (bph). Sedangkan untuk gas, Djoko memperkirakan produksinya bisa sebesar 5.338-5.695 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Selain itu, dia juga memproyeksikan penerimaan negara dari sektor hulu migas di tahun 2026 bisa mencapai US$ 7,8-11,9 miliar atau setara Rp 126,36-192,78 triliun (asumsi kurs Rp 16.200 per US$).
"Untuk prognosa 2026, (penerimaan negara) US$ 7,8 sampai US$ 11,9 miliar," tandasnya.
Proyeksi tersebut tentunya cukup agresif. Pasalnya, hingga Mei 2025, realisasi lifting minyak dan gas bumi masih di bawah target APBN 2025.
Berdasarkan data SKK Migas, lifting migas hingga Mei 2025 tercatat baru mencapai 567,9 ribu barel per hari (bph). Realisasi lifting tersebut masih 94% dari target yang sudah ditentukan dalam APBN 2025 sebesar 605 ribu bph.
Sementara untuk lifting atau salur gas, tercatat baru mencapai 5.530 MMSCFD. Angka tersebut terhitung mencapai 98,5% dari target yang ditentukan dalam APBN sebesar 5.628 MMSCFD.
Adapun untuk lifting migas tercatat baru mencapai 1.555 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD), atau baru mencapai 97% dari target APBN sebesar 1.610 MBOEPD.
Untuk penerimaan negara dari hulu minyak dan gas bumi (migas) sudah mencapai US$ 5,18 miliar atau setara Rp 83,9 triliun (asumsi kurs Rp 16.197 per US$) hingga Mei 2025.
Namun, realisasi penerimaan negara dari hulu migas tersebut terhitung mencapai 39,8% target yang telah ditetapkan dalam APBN 2025 sebesar US$ 13,03 miliar atau setara Rp 211,04 triliun. Untuk penerimaan negara, selain karena faktor lifting migas, harga minyak juga menjadi faktor penentu bakal tercapai atau tidaknya target yang ditetapkan tersebut.
(wia)