Produksi Minyak RI Masih di Bawah Target, Ternyata Ini Pemicunya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
02 July 2025 09:25
Pompa angguk Wilayah Kerja (WK) Rokan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)
Foto: Pompa angguk Wilayah Kerja (WK) Rokan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). (CNBC Indonesia/Pratama Guitarra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan realisasi produksi minyak siap jual (lifting) dalam negeri hingga Mei 2025 masih di bawah target, yakni baru mencapai 567,9 ribu barel per hari (bph).

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa realisasi lifting minyak per Mei 2025 masih 94% dari target yang sudah ditentukan dalam APBN 2025 sebesar 605 ribu bph.

"Kemudian untuk lifting minyak, sampai dengan Mei kita sudah mencapai 94%. Diharapkan nanti outlook-nya 2025 605 (ribu bph) atau 100%, 605 ribu barrels per day atau 100%," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Rabu (2/7/2025).

Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan produksi minyak belum mencapai target. Pertama, terjadinya kebocoran pipa 30" CVC, kendala kelistrikan sub station Bekasap pada Blok Rokan yang dioperasikan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Lalu, congeal pipa minyak West Area, antara lain APGWI, BSP, SPR Langgak. Serta, adanya penurunan alamiah di sejumlah lapangan migas.

Namun demikian, dia optimistis pada Juli 2025 ini produksi minyak akan meningkat lagi. Hal ini dipicu adanya beberapa lapangan baru yang mulai beroperasi, seperti Lapangan Terubuk dan Forel yang dioperasikan PT Medco E&P.

"Nah Juli itu kita akan meningkat lagi, itu dikarenakan Medco yang sudah on-stream waktu bulan Mei dan sudah tanggal 11 kemarin sudah lifting," ungkapnya.

Ada pula produksi dari Blok Cepu yang nantinya akan mencatatkan tambahan lifting hingga 30 ribu bph.

"Sehingga sudah bisa melebihi target daripada APBN di bulan Juli dan seterusnya," tuturnya.

Demi menjaga angka lifting minyak tidak terus menurun dan bisa mencapai target tahun ini, Djoko meminta ExxonMobil untuk menunda aktivitas perawatan atau maintenance produksi. Hal itu lantaran diperhitungkan bisa membuat lifting anjlok ke angka 580 ribu bph.

"Kami berharap mohon dukungan Bapak-Bapak Ibu Pimpinan dan anggota Komisi 12 untuk berupaya juga bicara kita sama-sama dengan Exxon agar perawatan maintenance-nya ditunda Januari, Pak. Karena kalau dilakukan harus ditutup dulu semua produksinya sehingga turun itu Pak di Exxon sampai 580 (ribu bph)," tandasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Industri Migas Masih Jadi Pemain Utama Sokong Ekonomi RI, Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular