
Pernah Hengkang, Raksasa Prancis Masuk Berinvestasi Lagi ke RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong kolaborasi internasional di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) nasional. Hal tersebut dilakukan guna pencapaian target produksi migas sebesar 1 juta barel minyak per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (Billion Standard Cubic Feet per Day/BSCFD) pada 2030.
Adapun, salah satu langkah strategis terbaru adalah keberhasilan kembali masuknya perusahaan energi asal Prancis, Total Energies, dalam pengelolaan dan pemilik hak partisipasi (Participating Interest/ PI) ke wilayah kerja (WK) blok migas di Indonesia.
Total Energies kini telah resmi memiliki hak partisipasi di Wilayah Kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) Bobara, Provinsi Papua Barat melalui akuisisi 24,5% participating interest (PI) dari Petronas.
Sebelumnya, Total Energies melalui Total E&P Indonesie sempat mengelola Blok Gas Mahakam, Kalimantan Timur, selama puluhan tahun, namun kini sejak 1 Januari 2018 blok tersebut sudah dikelola oleh PT Pertamina Hulu Mahakam.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tri Winarno menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil dari pendekatan strategis dan proaktif pemerintah, khususnya Kementerian ESDM, dalam mendorong iklim investasi migas yang menarik dan kompetitif.
"Ini adalah hasil nyata dari kerja keras bersama seluruh jajaran, termasuk kegiatan investor engagement yang terus dijalankan oleh SKK Migas di berbagai forum internasional. Salah satunya melalui acara Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-49 pada Mei 2025 lalu," ujar Tri, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (30/6/2025).
Tri menilai, masuknya perusahaan migas asal Prancis ini menjadi angin segar bagi industri hulu migas nasional, sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia masih punya cadangan migas yang menjanjikan.
Menurut dia, masih banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang menyimpan potensi minyak dan gas bumi selain WK Bobara, misalnya antara lain WK Gaea I dan II di Papua Barat, WK Akimeugah I dan II di Papua Selatan dan Papua Pegunungan, yang juga dapat digarap oleh Total Energies.
Sementara itu, Vice President of International Assets Upstream Petronas Mohd Redhani Abdul Rahman menyampaikan, selama ini pihaknya memegang 100% hak partisipasi pengelolaan Blok Bobara. Dengan penyerahan PI 24,5% ke Total Energies, berarti kepemilikan hak partisipasi Petronas di WK Bobara ini turun menjadi 75,5%.
"Saya pikir ini pertanda yang sangat bagus bahwa perusahaan seperti Total mempertimbangkan kembali ke Indonesia dan kami juga gembira untuk mendatangkan kolaborasi kami bersama dengan Total di Indonesia", ujar Redhani.
Chairman dan CEO Total Energies Patrick Pouyanne menyambut baik kerja sama antara Petronas dan Total Energies dalam mengelola blok migas di Indonesia. Hal ini, selain akan mendatangkan keuntungan di masa depan, menurutnya ini juga akan meneguhkan posisi Total Energies sebagai produsen gas, baik di Malaysia maupun negara lainnya
"Total Energies telah memantapkan dirinya sebagai produsen gas yang signifikan di Malaysia. Kami senang dapat memperluas kehadiran kami di negara ini, yang kami lihat sebagai platform strategis untuk produksi berbiaya rendah dan rendah karbon serta pertumbuhan arus kas kami di masa mendatang, yang didukung oleh paparan terhadap pasar LNG Asia," ujar Patrick.
Akuisisi hak partisipasi Blok Bobara Total Energies dari Petronas ini ditandai dengan Penandatanganan Farm Out Agreement (FOA) antara Petronas dan Total Energies, yang berlangsung pada gelaran Energy Asia 2025 di Kuala Lumpur.
Petronas nantinya akan tetap menjadi operator di WK Bobara melalui anak perusahaannya, Petronas Energy Bobara Sdn Bhd. Sementara Total Energies, dengan keahlian teknis dan pengalaman global, akan memperkuat eksekusi program eksplorasi dan pengembangan blok tersebut.
Sebagai informasi, WK Bobara dengan luas area 8.444,49 km2, memiliki potensi sumber daya minyak dan gas bumi sebesar 6.8 Billion Barrel Oil Equivalent (BBOE). Kontrak Bagi Hasil WK Bobara merupakan WK Eksplorasi dengan jangka waktu 30 tahun yang ditandatangani pada Mei 2024 lalu, dengan komitmen pasti senilai US$ 16,92 juta, terdiri dari 3 studi Geologi dan Geofisika (G&G) dan survei seismic resolution seluas 2.000 km2, serta bonus tanda tangan sebesar US$ 50 ribu.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-Siap 2 Ladang Minyak di Natuna Segera Nyembur
