Batu Bara RI Mulai Ditinggalkan Dunia, Pemerintah Buka Suara

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Senin, 30/06/2025 09:25 WIB
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong para pelaku usaha batu bara untuk memperluas pasar ekspor ke luar negeri, selain China dan India.

Hal ini menyusul penurunan permintaan dari dua negara tersebut akibat berlebihnya pasokan batu bara di dalam negeri mereka masing-masing. Seperti diketahui, India dan China merupakan dua pasar ekspor utama batu bara RI.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Tri Winarno menjelaskan bahwa turunnya volume ekspor batu bara ke China dan India terjadi lantaran kedua negara tersebut sedang mengalami lonjakan produksi dalam negeri.


"Ya karena produksi, karena memang supply lagi over, India sama China kan produksinya meningkat," ungkap Tri kepada wartawan saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Senin (30/6/2025).

Tri belum dapat memaparkan proyeksi realisasi ekspor batu bara hingga akhir tahun ini. Namun demikian, pemerintah tetap mempertahankan target produksi nasional sebesar 715 juta ton pada 2025.

Oleh sebab itu, ia pun mendorong para pelaku usaha untuk menjajaki pasar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), seperti Vietnam dan Malaysia, yang dinilai sebagai tujuan potensial dalam upaya diversifikasi ekspor batu bara Indonesia. Meskipun, hal tersebut dilakukan melalui skema business-to-business (B2B).

Sebagaimana diketahui, harga batu bara dunia ambruk sepanjang pekan lalu. Namun, penurunan harga tersebut membuat perdagangan ekspor 'si emas hitam' Indonesia kena 'double hit'.

Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara dunia acuan Newcastle untuk kontrak Agustus 2025 pada Jumat (29/6/2025) tercatat d1 US$ 107 per ton. Angka tersebut turun 4,68% secara mingguan. Sementara sepanjang tahun 2025, harga batu bara acuan telah anjlok 15,75% year to date (ytd).

Salah satu penyebab yang mendorong harga batu bara hingga ambruk 4% lebih adalah karena China mengurangi impor batu bara akibat pasokan yang melimpah di konsumen 'emas hitam' terbesar di dunia itu.

Mengutip Bloomberg, ada peningkatan 13% dalam pengiriman batu bara ke luar negeri dari negara tersebut selama lima bulan pertama tahun ini.

China mengekspor 2,5 juta ton batu bara antara Januari dan Mei 2025, dengan sebagian besar dikirim ke Jepang, Indonesia, dan Korea Selatan. Sementara itu, produksi batu bara mencapai 5 miliar ton pada periode yang sama, sementara impor turun 8% dibandingkan tahun lalu.

Produksi batu bara domestik yang mencapai rekor tertinggi dan pelemahan pembangkit listrik tenaga batu bara di China telah menyebabkan penurunan permintaan impor batu bara termal ke pasar batu bara terbesar di dunia.

Tren ini mulai terlihat awal tahun ini, setelah impor batu bara China sempat menembus 500 juta ton pada 2024. Di sisi lain, badan perencana pusat China telah memerintahkan peningkatan stok batu bara untuk pembangkit listrik hingga 10%.

Melihat harga batu bara domestik yang rendah, permintaan yang lemah, dan persediaan batu bara yang tinggi di pelabuhan, penurunan impor China tidak mengherankan. Para analis bahkan sebelumnya telah memperkirakan tren penurunan impor ini kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.

Asosiasi batu bara China memperkirakan produksi akan tumbuh lebih cepat daripada konsumsi pada 2025, mengindikasikan kelebihan pasokan bisa bertahan hingga akhir tahun ini, meski akan ada musim permintaan puncak pada musim panas.

Ekspor Batu Bara RI Terancam Gak Laku

Perdagangan ekspor batu bara Indonesia mendapatkan tantangan besar dari penurunan dunia. Pertama, devisa dari batu bara yang berpotensi mengurang dan produk batu bara RI ditinggalkan.

Penurunan harga batu bara global membuat negara konsumen utama seperti China dan India melirik batu bara dengan kalori tinggi sebab lebih murah. Masalahnya, batu bara Indonesia umumnya berkalori rendah, sehingga berpotensi ditinggalkan China dan India yang juga merupakan pembeli utama batu bara RI.

Indonesia merupakan eksportir terbesar dunia untuk batu bara thermal yang dipakai untuk pembangkit listrik. Namun, nasibnya kini tengah dipertaruhkan.

Data terbaru menunjukkan pembelian batu bara oleh China dan India dari Indonesia menurun lebih cepat dibandingkan penurunan keseluruhan impor batu bara termal mereka.

Kedua negara tersebut mulai beralih ke batu bara dengan nilai kalori (calorific value/CV) lebih tinggi, yang menghasilkan energi lebih banyak per ton.

"Batu bara berkalori tinggi memang lebih mahal, tetapi menghasilkan lebih banyak energi untuk setiap dolar yang dibelanjakan pada harga saat ini. Satu juta ton batu bara CV tinggi dapat menggantikan 1,2 hingga 1,5 juta ton batu bara dari Indonesia," kata Vasudev Pamnani, Direktur di perusahaan perdagangan batu bara berbasis di India, I-Energy Natural Resources, kepada Reuters seperti dikutip pada Minggu (29/6/2025).

Di China, batu bara termal Indonesia dengan nilai kalor sedang hingga rendah menghadapi kesulitan dalam bersaing dengan batu bara Rusia yang kualitasnya serupa namun dijual dengan harga diskon, ujar analis dari Kpler, Zhiyuan Li.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PLTU Bertambah, Energi Terbarukan Tetap Jadi Prioritas