Internasional

Demo Berdarah Pecah, Massa Bentrok dengan Polisi-16 Orang Tewas

luc, CNBC Indonesia
Kamis, 26/06/2025 13:40 WIB
Foto: Para pengunjuk rasa berlari saat polisi menggunakan meriam air selama demonstrasi untuk menandai ulang tahun pertama protes antipemerintah yang mematikan pada tahun 2024 yang menuai kecaman luas atas penggunaan kekuatan oleh badan keamanan, di Nairobi, Kenya, 25 Juni 2025. (REUTERS/Monicah Mwangi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi demonstrasi besar-besaran untuk memperingati satu tahun tragedi unjuk rasa berdarah di Kenya kembali berakhir tragis. Sebanyak 16 orang dilaporkan tewas dalam demonstrasi anti-pemerintah yang digelar di seluruh negeri pada Rabu (25/6/2025), sebagian besar di antaranya akibat tembakan aparat keamanan.

"Sebanyak 16 korban telah terverifikasi meninggal dunia per pukul 08.30 malam," kata Direktur Eksekutif Amnesty Kenya, Irungu Houghton, kepada Reuters.

"Sebagian besar dibunuh oleh polisi," lanjutnya, seraya menambahkan bahwa sedikitnya lima dari korban tewas akibat luka tembak.


Unjuk rasa tersebut digelar untuk mengenang peristiwa serupa tahun lalu yang menyebabkan lebih dari 60 orang tewas setelah parlemen Kenya diserbu oleh massa yang menolak rancangan undang-undang pajak. Pada Rabu, ribuan warga Kenya kembali turun ke jalan di berbagai kota, termasuk ibu kota Nairobi.

Laporan media lokal dan saksi mata menyebut polisi membubarkan demonstran dengan gas air mata dan meriam air. Beberapa bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat terjadi di sejumlah titik, termasuk di sekitar Gedung Negara, kediaman resmi Presiden Kenya William Ruto.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Kenya (KNCHR), sebuah lembaga negara, sebelumnya mencatat delapan kematian di berbagai wilayah. Semua korban tersebut disebutkan "kemungkinan besar akibat luka tembak."

Dalam pernyataan di akun X resminya, KNCHR juga menyebutkan bahwa lebih dari 400 orang mengalami luka-luka, termasuk demonstran, jurnalis, dan petugas keamanan.

"Telah terjadi penggunaan kekuatan berlebihan, termasuk peluru karet, peluru tajam, dan meriam air, yang mengakibatkan banyak korban luka," ungkap KNCHR.

Juru bicara kepolisian Kenya, Muchiri Nyaga, menolak memberikan komentar atas laporan Amnesty dan KNCHR tersebut.

Sementara itu, Otoritas Pengawas Independen Kepolisian (IPOA) menyatakan sedikitnya 61 orang ditangkap dalam rangkaian unjuk rasa tersebut.

Sumber dari Rumah Sakit Nasional Kenyatta (KNH), rumah sakit utama di Nairobi, mengatakan pihaknya telah menerima puluhan korban luka.

"Sebanyak 107 orang dirawat, sebagian besar dengan luka tembak-baik dari peluru karet maupun peluru tajam," ungkap sumber tersebut.

Ia menambahkan bahwa sejauh ini tidak ada kematian yang dilaporkan di rumah sakit tersebut.

Perusahaan listrik nasional Kenya Power juga melaporkan bahwa satu petugas keamanannya ditembak mati saat berpatroli di kantor pusat mereka di Nairobi.

Sementara itu, siaran langsung dua stasiun televisi nasional, NTV dan KTN, sempat dihentikan setelah mereka melaporkan langsung aksi massa yang mendekati Gedung Negara. Otoritas Komunikasi Kenya memerintahkan penghentian siaran tersebut, namun pengadilan di Nairobi kemudian menangguhkan perintah itu, memungkinkan kedua stasiun kembali mengudara pada hari yang sama.

Bentrokan juga terjadi di kota pelabuhan Mombasa dan beberapa kota lainnya seperti Kitengela, Kisii, Matuu, dan Nyeri. Meski Presiden Ruto telah membatalkan kenaikan pajak yang memicu protes tahun lalu, ketidakpuasan masyarakat terhadap tindakan brutal aparat keamanan masih membara.

Unjuk rasa juga dipicu oleh kasus kematian tragis seorang blogger dan guru bernama Albert Ojwang (31) dalam tahanan polisi. Enam orang, termasuk tiga polisi, telah didakwa atas pembunuhan Ojwang dan semuanya mengaku tidak bersalah.

Kematian Ojwang menjadi simbol kemarahan publik atas hilangnya puluhan warga secara misterius dan dugaan penyiksaan dalam tahanan yang dikaitkan dengan pasukan keamanan.

"Saya turun ke jalan untuk memperjuangkan hak teman-teman muda kami, warga Kenya, dan semua orang yang tewas sejak 25 Juni... kami menuntut keadilan," kata seorang demonstran bernama Lumumba Harmony kepada Reuters.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kenya Memanas, 8 Orang Tewas & Ratusan Warga Terluka