
Isu Minyak & Senjata di Balik Gonjang-Ganjing Timur Tengah

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar menilai bahwa minyak mentah kerap dijadikan alat dalam permainan geopolitik global.
Semula, Arcandra menilai apabila kawasan penghasil minyak dibiarkan tenang dan stabil, ada kekhawatiran dari negara-negara besar seperti AS, bahwa minyak akan digunakan sebagai alat tekanan atau senjata geopolitik. Oleh sebab itu, mereka selalu berupaya untuk menciptakan ketegangan di kawasan tersebut.
Bahkan untuk saat ini, minyak mentah bukan hanya digunakan sebagai senjata geopolitik saja. Adapun, uang dari hasil penjualan minyak seringkali digunakan untuk memperkuat persenjataan negara-negara penghasil.
"Jadi bukan minyak untuk senjata, tapi uang minyak untuk membeli senjata. Dengan sendirinya, negara seperti Arab Saudi memperkuat persenjataannya, Iraq, Kuwait, Iran juga memperkuat persenjataannya," katanya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia dikutip Kamis (26/6/2025).
Arcandra lantas mencontohkan embargo minyak yang dilakukan negara-negara Arab terhadap Amerika Serikat pada tahun 1973, yang merupakan respon terhadap dukungan AS kepada Israel dalam Perang Arab-Israel. Akibat embargo ini, AS mengalami krisis energi besar-besaran.
"Karena sewaktu perang Arab Israel, tahun 73, Arab Saudi menggunakan minyak sebagai senjata. Jadi minyak sebagai senjata. Dengan menggunakan minyak sebagai senjata, caranya mengembargo Amerika," kata Arcandra
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahlil Tegaskan Minyak Mentah RI Bakal Diserap Untuk Dalam Negeri