Internasional

Trump Menang Banyak karena Gencatan Senjata Perang Israel-Iran

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 June 2025 14:00
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato kepada rakyat didampingi Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 21 Juni 2025, menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. (REUTERS/Carlos Barria/Pool)
Foto: Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato kepada rakyat didampingi Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 21 Juni 2025, menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. (REUTERS/Carlos Barria/Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dengan satu unggahan media sosial, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengubah arah konflik berdarah antara Iran dan Israel. Banyak pihak menilai gencatan senjata ini masih rapuh dan sarat kepentingan politik, namun, Trump muncul bak negosiator ulung.

Ya, pengumuman mengejutkan Trump soal gencatan senjata antara Iran dan Israel menjadi momen krusial dalam perang 12 hari yang ditandai dengan serangan udara, termasuk pemboman situs nuklir utama Iran oleh AS. Di tengah sorotan tajam karena dianggap mengingkari janji kampanye soal non-intervensi militer, Trump berusaha membalikkan keadaan.

Ia berubah dari panglima perang menjadi penengah damai. Ia menjadi penentu perang lanjut atau berhenti segera.

"Saya tidak berpikir pemerintah Israel mampu mempertahankan perang jangka panjang, tetapi faktor penentu di sini adalah Presiden Trump," kata Will Todman, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies, seperti dikutip AFP pada Rabu (25/6/2025).

"Ia tidak ingin melihat perang baru meletus di Timur Tengah saat ia menjabat," tegasnya.

Trump mengumumkan gencatan senjata pada Senin malam melalui media sosial, tepat setelah Iran meluncurkan rudal ke pangkalan AS di Qatar. Namun, serangan tersebut tampaknya disengaja dibuat jinak karena rudal-rudal itu mudah ditembak jatuh, memberi ruang bagi AS untuk tidak membalas secara militer.

Keesokan harinya, Trump kembali menggunakan media sosial untuk mendesak Israel agar menahan diri dari serangan lanjutan. Netanyahu, yang sebelumnya memuji Trump sebagai penyelamat keamanan Israel, kini harus menghadapi batas dukungan terbuka dari Washington.

"Trump secara vokal menggunakan kekuatan troll-nya untuk menahan tindakan Israel dan Iran, tapi pengaruhnya tidak sebesar diplomasi diam-diam negara-negara Teluk seperti Qatar," kata Brian Katulis dari Middle East Institute.

Meski Trump mengklaim program nuklir Iran "dihancurkan", laporan rahasia yang dikutip CNN International dan The New York Times menyebut pemboman AS tidak mengenai bagian paling vital dari tiga lokasi nuklir utama Iran. Para pengkritik khawatir serangan ini justru mendorong Iran mempercepat program senjata nuklirnya secara sembunyi-sembunyi.


Memperkuat Posisi di Dalam Negeri

Sementara itu, bagi Trump, langkah ini juga berfungsi memperkuat posisinya di dalam negeri. Ini memungkinkan suaranya dan Partai Republik tetap solid.

"Kampanye militer yang berkepanjangan berpotensi memecah basis pendukungnya sendiri," ujar Jonathan Panikoff dari Atlantic Council.

"Tapi langkah ini memungkinkan MAGA dan basis Republik tetap relatif solid."

Namun, kritik juga tetap datang. Annelle Sheline dari Quincy Institute mengatakan bila memang Trump negosiator ulung, dia harus membawa damai di Gaza.

"Trump menunjukkan bahwa dia bisa mengendalikan Israel jika dia mau. Sekarang dia harus membuktikannya kembali dengan menegakkan gencatan senjata di Gaza," katanya.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News: Trump Umumkan Gencatan Senjata Israel-Iran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular