
7 Update Perang Iran-Israel, Trump Murka ke Israel-Tiba-Tiba Bela Iran

Daftar Isi
- 1. Serangan Terakhir Sebelum Gencatan Senjata
- 2. Ilmuwan Nuklir Kembali Iran Jadi Korban Israel
- 3. Trump Kecam Israel di Tengah Gencatan Senjata yang Goyah
- 4. Trump: Tidak Ada Agenda Perubahan Rezim
- 5. Dunia Sambut Gencatan Senjata dengan Hati-Hati
- 6. AS Evakuasi Ratusan Warganya dari Wilayah Konflik
- 7. Gencatan Senjata Iran-Israel Angkat Wall Street, Harga Minyak Turun
Jakarta, CNBC Indonesia - Israel dan Iran mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah menyetujui usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk gencatan senjata setelah perang memasuki hari ke-12.
Israel menyatakan telah mencapai semua tujuan militernya, termasuk menghentikan ancaman dari program nuklir dan rudal balistik Iran.
"Kami telah menyingkirkan ancaman eksistensial ganda. Namun, kami tetap waspada dan akan menanggapi tegas setiap pelanggaran," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Israel, Letkol Ariel Mizrachi, seperti dikutip AFP.
Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa Teheran akan mematuhi kesepakatan selama Israel juga menahan diri.
"Jika rezim Zionis tidak melanggar gencatan senjata, Iran juga tidak akan melanggarnya," kata Pezeshkian dalam percakapan dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim, dikutip dari situs resmi kepresidenan Iran.
Berikut perkembangan terbaru dari panasnya perang Iran dan Israel serta AS, seperti dihimpun dari berbagai sumber pada Rabu (25/6/2025).
1. Serangan Terakhir Sebelum Gencatan Senjata
Menjelang dimulainya gencatan senjata, Israel masih melancarkan serangan udara terakhir yang menghancurkan instalasi radar Iran. Serangan itu dilakukan setelah percakapan telepon antara Presiden Trump dan PM Netanyahu.
"Setelah percakapan Presiden Trump dengan Perdana Menteri Netanyahu, Israel menahan diri dari serangan lebih lanjut," bunyi pernyataan resmi Kantor Perdana Menteri Israel.
Namun, pada saat yang hampir bersamaan, media pemerintah Iran melaporkan peluncuran gelombang rudal ke Israel. Serangan tersebut menyebabkan empat orang tewas dan dua lainnya luka-luka di Beersheba, Israel selatan.
Kementerian Kesehatan Iran menyebut sedikitnya 610 warga sipil tewas akibat serangan Israel selama konflik. Termasuk di antaranya ilmuwan nuklir Mohammad Reza Seddighi Saber, yang disebut media Iran sebagai korban serangan malam terakhir sebelum gencatan senjata.
2. Ilmuwan Nuklir Kembali Iran Jadi Korban Israel
Iran telah mengidentifikasi seorang ilmuwan nuklir senior negaranya tewas dalam sebuah serangan Israel. Hal ini disampaikan saat Tel Aviv berada dalam ketegangan geopolitik dengan Tehran.
Media Pemerintah Iran, Press TV, pada Selasa (24/6/2025), mengatakan bahwa ilmuwan yang tewas itu bernama Mohammad Reza Seddighi Saber. Ia diduga sedang bekerja dalam pengembangan dan pengayaan nuklir Tehran.
"Saber dibunuh dalam serangan terbaru Israel di wilayah utara ibu kota, Tehran," ujar laporan itu yang juga dikutip CNN International.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa juga mengkonfirmasi bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menewaskan seorang lagi ilmuwan nuklir Iran. Namun mereka tidak menyebutkan nama Seddighi Saber.
"Dalam 24 jam terakhir, IDF telah menyerang target-target utama rezim di jantung kota Teheran, melenyapkan ratusan anggota Basij-pasukan penindas internal rezim-dan membunuh seorang lagi ilmuwan nuklir senior," demikian pernyataan dari kantor Netanyahu.
Seddighi Saber termasuk di antara beberapa individu yang dijatuhi sanksi awal tahun ini oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) karena keterkaitan mereka dengan program nuklir Iran.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, ia adalah kepala sebuah kelompok yang mengerjakan proyek-proyek terkait bahan peledak diorganisasi pertahanan, inovasi, dan riset Iran, SPND. Proyek-proyek kelompok tersebut mencakup penelitian dan pengujian yang dapat diterapkan pada pengembangan perangkat peledak nuklir.
Sementara itu, sejauh ini kedua negara telah berada dalam tahapan gencatan senjata yang dimediasi Washington. Meski begitu, Israel menyebut akan kembali menyerang Iran lantaran menuding Negeri Para Mullah itu telah melanggar kesepakatan untuk menghentikan serangan.
3. Trump Kecam Israel di Tengah Gencatan Senjata yang Goyah
Presiden AS Donald Trump melontarkan kritik tajam terhadap Israel pada Selasa pagi, setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran yang ia mediasi tampak mulai runtuh.
Meski menyalahkan kedua pihak atas ketegangan terbaru, Trump secara khusus menyoroti tindakan Israel yang dinilainya gegabah.
"Segera setelah kami mencapai kesepakatan, Israel langsung meluncurkan serangan udara besar-besaran ke Iran. Itu belum pernah saya lihat sebelumnya," kata Trump saat berbicara kepada wartawan sebelum bertolak ke KTT NATO di Belanda. "Saya tidak senang dengan mereka."
Trump menegaskan bahwa ia belum menganggap gencatan senjata resmi dilanggar, namun menuduh Israel bertindak di luar batas.
"Saya katakan, 'Kalian punya waktu 12 jam.' Tapi mereka langsung menyerang di jam pertama. Itu bukan tindakan yang bijak," ujarnya. "Saya juga tidak senang dengan Iran, tapi Israel melangkah terlalu jauh."
Melalui unggahan di Truth Social, Trump menegaskan kembali kekecewaannya dengan nada lebih keras: "ISRAEL. JANGAN JATUHKAN BOM ITU. JIKA ANDA MELAKUKANNYA, ITU ADALAH PELANGGARAN BESAR. BAWA PILOT KALIAN PULANG, SEKARANG!"
Trump menggambarkan konflik ini sebagai pertikaian lama yang sulit diurai. "Kedua negara ini sudah terlalu lama berperang hingga mereka lupa apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan," katanya.
4. Trump: Tidak Ada Agenda Perubahan Rezim
Dalam perjalanan menuju KTT NATO di Belanda, Presiden Trump menepis dugaan bahwa AS ingin menggulingkan rezim Iran.
"Saya tidak menginginkan perubahan rezim. Saya hanya ingin semuanya segera tenang," kata Trump kepada wartawan di Air Force One. "Perubahan rezim berarti kekacauan, dan kami tidak mencari kekacauan lebih lanjut."
Sebelumnya, Trump sempat mengisyaratkan ide perubahan rezim melalui media sosial, sementara Netanyahu secara terbuka meminta rakyat Iran menggulingkan pemimpinnya.
5. Dunia Sambut Gencatan Senjata dengan Hati-Hati
Berbagai pemimpin dunia menyambut baik kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel, meskipun tetap mengingatkan akan rapuhnya situasi.
"Jika gencatan senjata memang telah tercapai, ini hanya dapat disambut baik," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan, "Sangat baik bahwa Presiden Trump menyerukan gencatan senjata, tapi situasinya masih sangat rapuh."
Sementara itu, Kanselir Jerman Friedrich Merz menambahkan, "Jika gencatan senjata ini berhasil, itu bisa menjadi perkembangan yang sangat positif bagi stabilitas Timur Tengah dan dunia."
Arab Saudi menyambut baik perkembangan ini, sementara China menekankan pentingnya "gencatan senjata yang sesungguhnya".
Pasar keuangan merespons positif: indeks saham menguat dan harga minyak dunia menurun setelah Trump menyatakan bahwa China tetap dapat membeli minyak Iran.
6. AS Evakuasi Ratusan Warganya dari Wilayah Konflik
Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi telah membantu sekitar 400 orang, termasuk warga negara AS, penduduk tetap, dan keluarga dekat mereka, meninggalkan Israel sejak Sabtu.
"Kami tahu masih banyak warga yang ingin keluar dari Israel. Situasi wilayah udara sangat dinamis," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri kepada pers.
Informasi evakuasi telah dibagikan kepada lebih dari 27.000 orang. Evakuasi dilakukan melalui penerbangan terbatas, jalur darat ke Yordania dan Mesir, serta kapal ke Siprus.
Ratusan warga AS juga dilaporkan telah meninggalkan Iran melalui Azerbaijan. Turkmenistan yang awalnya membatasi akses kini telah membuka pintunya bagi warga AS setelah intervensi diplomatik.
Meski demikian, pejabat tersebut mengaku masih memverifikasi laporan tentang beberapa warga AS yang kemungkinan ditahan di Iran, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
7. Gencatan Senjata Iran-Israel Angkat Wall Street, Harga Minyak Turun
Saham-saham di Wall Street melonjak pada Selasa setelah gencatan senjata antara Iran dan Israel tampak bertahan di hari pertama, disertai penurunan harga minyak.
Tiga indeks utama bergerak di zona hijau sepanjang hari, seiring kedua negara menahan diri dari serangan lanjutan usai rentetan serangan menit terakhir.
"Dengan deeskalasi konflik, pasar terlihat membaik," kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B. Riley Wealth. Ia juga menyebut kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di Kongres sebagai sinyal positif bagi pasar saham.
Melansir AFP, Dow Jones naik 1,2% ke 43.089,02, S&P 500 menguat 1,1% ke 6.092,18, dan Nasdaq melonjak 1,4% ke 19.912,53.
Dalam kesaksian pertamanya, Powell menyatakan The Fed masih menunggu dampak penuh dari tarif sebelum memutuskan langkah suku bunga berikutnya.
Meski demikian, menurut Hogan, Powell "tidak menutup pintu" bagi kemungkinan pemotongan suku bunga di masa mendatang.
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News! Israel Serang Iran
