
Dampak Ngeri Jika Selat Hormuz Benar-Benar Ditutup Iran!

Jakarta, CNBC Indonesia - Timur Tengah masih panas! Rencana Iran menutup Selat Hormuz masih membayang-bayangi Dunia. Apalagi, klaim gencatan senjata dari Amerika Serikat (AS) belum disepakati oleh Iran.
Jika perang berlangsung yang berimbas pada penutupan Selat Hormuz, ini akan menjadi malapetaka buat Dunia. Pasalnya, 20% pasokan minyak dunia melewati Selat Hormuz ini.
Lantas apa jadinya jika Selat Hormuz ditutup?
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Periode 2016-2019, Arcandra Tahar mengungkapkan berbagai negara pemasok minyak mentah dunia seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA) yang berperan hingga 15% pasokan minyak global, melewati Selat Hormuz.
Sementara Iran, jadi salah satu negara yang juga mengekspor minyak mentah, namun tidak signifikan dalam memasok kebutuhan dunia.
Nah, jika Selat Hormuz ditutup, otomatis pasokan 15% minyak mentah dunia dari ketiga negara besar tersebut akan terganggu.
"Tapi yang masalah itu, di situ ada Arab Saudi yang lewat Selat Hormuz, ada Kuwait di situ, ada UAE di situ, dan jumlahnya ini adalah kurang lebih sekitar 15-14 juta barrel per day, itu mewakili 14-15% kebutuhan dunia," terangnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (24/6/2025).
Tidak hanya menjadi jalur transportasi utama minyak mentah, Arcandra menjelaskan pasokan bahan bakar minyak (BBM) juga sebagian besar dikirim melalui Selat Hormuz.
"Kemudian yang produk BBM itu juga sekitar berapa? 8 juta ton atau sekitar, totalnya itu sekitar 20% ketergantungan dunia, itu lewat Selat Hormuz," tegasnya.
Belum lagi, produk Liquefied Natural Gas (LNG) yang dikirimkan melalui kapal juga menggunakan Selat Hormuz sebagai jalur transportasi strategis. Utamanya, sebanyak 20% pasokan LNG dunia dari UAE dan Qatar melewati Selat Hormuz akan terganggu.
"Ditambah lagi LNG, LNG sekarang gas itu sudah menjadi komoditi yang diperdagangkan lewat kapal dan lain-lain, lewat Selat Hormuz berapa? Juga sekitar 20%, 15-20% itu yang berasal dari UAE, dari Qatar, itu lewat Selat Hormuz," tambahnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor minyak dan gas bumi (migas) sebesar US$ 36,27 miliar pada 2024, naik dari US$ 35,83 miliar pada 2023.
Impor migas sepanjang 2024 tersebut terdiri dari impor minyak mentah yang tercatat mencapai US$ 10,35 miliar, turun tipis dari US$ 11,14 miliar pada 2023. Kemudian, impor produk minyak seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) tercatat mencapai US$ 25,92 miliar, naik dari US$ 24,68 miliar pada 2023.
Asal tahu saja, harga minyak dunia melonjak tajam pada perdagangan Senin pagi (23/6/2025) setelah Iran secara resmi menutup Selat Hormuz, menyusul serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran, Fordow, Natanz, dan Isfahan.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Kiamat Selat Hormuz' di Depan Mata, China Teriak ke Iran-Israel-AS