Ekonom AS Beberkan Tugas RI untuk Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
17 June 2025 12:37
Suasana gedung bertingkat tertutup kabut polusi udara di Jakarta, Selasa (8/8/2023). Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga menggunakan masker untuk mengantisipasi polusi udara di Ibu Kota akibat polusi udara Jakarta dinilai sangat buruk.  (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: CNBC Indonesia/Faisal Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Founder and Chairman of Laffer Associates Arthur B. Laffer menyebut pengenaan pajak yang tinggi akan menghambat ambisi pemerintah Indonesia dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Untuk itu, kata dia, pemerintah perlu menurunkan tarif pajak sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan itu diawali dengan memperkuat sektor industri yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, seperti pertambangan, pertanian, makanan dan minuman, serta tembakau," kata ekonom legendaris Amerika Serikat ini.

Dia juga menambahkan bahwa pemerintah Indonesia perlu menggali lebih dalam potensi lainnya untuk mendorong pertumbuhan tersebut. Di antaranya dengan melakukan inovasi, investasi pada teknologi, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

"Keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mempromosikan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) adalah contoh yang baik. Regulasi yang menguntungkan ini mendorong investasi dan sektor manufaktur domestik," tambah Laffer.

Mantan penasihat Presiden Ronald Reagan ini menyebut regulasi yang tepat semacam ini juga diperlukan untuk sektor lain. Secara lebih luas, kebijakan fiskal harus dilihat sebagai katalis untuk mendorong inovasi, bukan hanya sebagai instrumen untuk pengumpulan pendapatan.

"Negara-negara yang telah menggunakan kebijakan pajak untuk mendorong R&D, investasi, dan kewirausahaan, telah meraih hasilnya. Indonesia pun dapat melakukan hal yang sama," papar Laffer.

Sebagai pencetus teori Laffer Curve, Laffer memaparkan beberapa peta jalan bagi Indonesia. Pertama dengan menyederhanakan regulasi soal pajak. Kemudian melindungi sektor-sektor ekonomi utama dan penghasil pendapatan seperti minyak sawit, pertambangan, minyak dan gas, tembakau, dan manufaktur.

Lalu mendorong inovasi melalui regulasi yang tepat dan memperluas basis pajak tanpa menaikkan tarif. Terakhir menggunakan kebijakan fiskal sebagai penggerak inovasi dan pertumbuhan ekonomi.

"Peta jalan ini menekankan pentingnya kebijakan pajak yang efektif, perlindungan sektor-sektor ekonomi utama, dan inovasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," pungkas Laffer.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pertumbuhan Ekonomi Diproyeksi 4,7%, Indonesia Emas Atau Cemas?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular