Internasional

Perang Nuklir Iran-Israel di Depan Mata, Ini Bocoran Intelijennya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
12 June 2025 07:40
Situs bawah tanah baru nuklir Iran. (AP/Planet Labs PBC)
Foto: (AP/Planet Labs PBC)

Jakarta, CNBC Indonesia - Eskalasi potensi perang nuklir antara Israel dan Iran terus memuncak. Kedua negara terus mengklaim telah mendapatkan informasi intelijen dan masing-masing negara yang membeberkan sejumlah perkembangan senjata berbahaya itu.

Mengutip Newsweek, Rabu (11/6/2025), Dewan Perlawanan Nasional Iran (NCRI) mengaku mendapatkan sejumlah rencana Teheran dalam pengembangan senjata nuklir. Informasi tersebut dikatakan telah diperoleh oleh faksi utama NCRI, Mojahedin-e-Khelq (MeK), yang juga dikenal sebagai Organisasi Mujahidin Rakyat Iran (PMOI).

Juru Bicara MeK Alireza Jafarzadeh mengatakan pengembangan senjata berbahaya itu merupakan bagian dari apa yang dinamakan sebagai "Rencana Kavir". Ini melibatkan setidaknya enam lokasi di gurun provinsi Semnan Iran yang didedikasikan untuk memajukan teknologi senjata nuklir, termasuk pengujian hulu ledak dan detonator.

Rencana tersebut dikatakan menggantikan "Rencana Amad" sebelumnya yang dilaporkan berjalan dari tahun 1999 hingga 2003, ketika Jafarzadeh mengatakan pengungkapan MeK memaksa pemerintah Iran untuk menutup program tersebut.

"Rencana Kavir bukan sekadar pengganti Rencana Amad, tetapi merupakan rencana yang lebih maju, lebih canggih, dan lebih aman daripada yang asli," kata Jafarzadeh kepada Newsweek.

Tuduhan terbaru MeK muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, yang mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Iran, bahkan di tengah negosiasi nuklir yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.

Sementara Presiden AS Donald Trump telah memperingatkan Netanyahu agar tidak mengambil tindakan seperti itu di tengah perundingan, pejabat Iran telah mengancam akan menanggapi dengan kekerasan terhadap permusuhan apa pun.

Sebuah laporan yang dikeluarkan hari Senin oleh Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran memperingatkan bahwa situs nuklir Israel sendiri akan menjadi sasaran jika Tel Aviv menyerang. Dewan tersebut mengklaim bahwa intelijen Iran telah memperoleh "sejumlah besar informasi dan dokumen strategis dan sensitif" mengenai program nuklir Israel.

"Dokumen-dokumen yang diduga berasal dari Israel yang diperoleh oleh Republik Islam tersebut akan "digunakan oleh angkatan bersenjata negara kami yang kuat, dan sebagian dari dokumen-dokumen tersebut dapat dipertukarkan dengan negara-negara sahabat atau diberikan kepada organisasi dan kelompok anti-Zionis," timpal Kementerian Intelijen Iran.

Pada hari yang sama, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan bahwa klaim Iran "tampaknya merujuk" ke Pusat Penelitian Nuklir Soreq milik Israel. Ia mengatakan situs khusus ini adalah salah satu yang menjadi sasaran inspeksi IAEA, sambil mengakui "kami tidak memeriksa bagian strategis lain dari program" di Israel.

Israel secara luas diyakini sebagai satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir, meskipun para pejabat tidak pernah mengkonfirmasi atau membantahnya. Para ahli dan mantan pejabat nuklir Israel telah mengatakan bahwa memastikan tidak ada negara negara lain di kawasan tersebut yang memperoleh kemampuan nuklir adalah prioritas dari Tel Aviv.

Meski begitu, Jafarzadeh menolak berkomentar mengenai apakah MeK bekerja sama dengan Israel dalam masalah ini atau tidak. Namun, ia mengonfirmasi bahwa informasi tersebut dibagikan dengan pemerintahan Presiden Donald Trump dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

"Di AS, kami hanya berurusan dengan pemerintah AS, Kongres AS, dan publik," kata Jafarzadeh. "Jadi, pemerintah AS memiliki informasi ini. IAEA juga memiliki informasinya."

Sementara itu, MeK didirikan pada tahun 1965 sebagai kelompok sayap kiri yang menentang pemerintahan Shah Mohammed Reva Pahlavi yang pro-Barat. Meskipun awalnya mendukung Revolusi Islam 1979 yang menggulingkan monarki dan mendirikan Republik Islam saat ini, kelompok tersebut dengan cepat memperbarui kampanye bersenjatanya sambil menghadapi tindakan keras oleh pemerintah baru.

MeK kemudian berpihak pada Presiden Irak saat itu, Saddam Hussein, selama perang negaranya dengan Iran dari tahun 1980-1988. Mereka juga membangun kehadiran jangka panjang di negara tetangga tersebut hingga kejatuhan Hussein di tangan invasi yang dipimpin AS pada tahun 2003.

MeK didaftarkan sebagai organisasi teroris oleh AS hingga 2012, dan kelompok tersebut sejak itu telah membina kontak di Washington. Pejabat AS saat ini dan mantan pejabat AS telah dikutip dalam dugaan bahwa kelompok tersebut beroperasi bersama-sama dengan Israel untuk menargetkan program nuklir Iran, sebuah klaim yang dibantah oleh MeK.

Saat ini MeK dipimpin oleh Maryam Rajavi. Mereka sebagian besar berbasis di Albania dan Prancis dan mengaku beroperasi sebagai parlemen di pengasingan dengan jaringan bawah tanah yang besar di Iran.

Pejabat Iran telah mengutuk MeK karena keterlibatannya di masa lalu dalam serangan terhadap warga sipil Teheran. Mereka juga telah mencap kelompok tersebut sebagai alat AS, Israel, dan negara-negara Eropa.


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bersiap Perang Nuklir, Musuh Bebuyutan AS Sebut Tak Ada Pilihan Lain

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular