Internasional

Ramai-Ramai Negara Arab Ngamuk ke Israel

sef, CNBC Indonesia
02 June 2025 08:05
This handout picture provided by the Palestinian Press Office (PPO) on November 11, 2023, shows front row from 2nd left: Syria's President Bashar al-Assad, Egypt's President Abdel Fatah al-Sisi, Jordan's King Abdullah II, Saudi Crown Prince Mohammed bin Salman, Palestinain president Mahmud Abbas, Turkish President Recep Tayyip Erdogan, Iran's President Ebrahim Raisi and Qatar's Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, standing for a group picture ahead of an emergency meeting of the Arab League and the Organisation of Islamic Cooperation (OIC), in Riyadh. Arab leaders and Iran's president are in the Saudi capital on November 11, for a summit meeting expected to underscore demands that Israel's war in Gaza end before the violence draws in other countries. The emergency meeting of the Arab League and the Organisation of Islamic Cooperation (OIC) comes after Hamas militants' bloody October 7 attacks that Israeli officials say left about 1,200 people dead and 239 taken hostage. (Photo by Thaer GHANAIM / PPO / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT
Foto: Ilustrasi Liga Arab (AFP/THAER GHANAIM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah murka ke Israel. Ramai-ramai mengecam penolakan pemerintah Israel ke delegasi menteri Arab untuk datang ke Tepi Barat yang diduduki Negeri Zionis itu.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud mengatakan hal ini menunjukkan "ekstremisme dan penolakan perdamaian". Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers bersama di Amman dengan mitra dari Yordania, Mesir, dan Bahrain, setelah mereka bertemu sebagai bagian dari kelompok kontak Arab yang akan bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah.

"Penolakan Israel terhadap kunjungan komite ke Tepi Barat merupakan perwujudan dan penegasan ekstremisme dan penolakannya terhadap segala upaya serius untuk (suatu) jalur damai," tegasnya dikutip dari Reuters, Senin (2/5/2025).

"Hal itu memperkuat keinginan kami untuk menggandakan upaya diplomatik kami dalam komunitas internasional untuk menghadapi kesombongan ini," kata menteri Saudi tersebut.

Pada hari Sabtu, Israel mengatakan tidak akan mengizinkan pertemuan yang seharusnya direncanakan Minggu itu terlaksana. Awalnya pertemuan akan melibatkan menteri dari Yordania, Mesir, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Kunjungan Bin Farhan ke Tepi Barat akan menandai kunjungan pertama pejabat tinggi Saudi dalam ingatan baru-baru ini. Seorang pejabat Israel mengatakan para menteri bermaksud untuk mengambil bagian dalam "pertemuan provokatif" guna membahas promosi pembentukan negara Palestina. Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan pemblokiran perjalanan tersebut merupakan contoh lain bagaimana Israel "menghancurkan peluang penyelesaian Arab-Israel yang adil dan menyeluruh".

Sementara itu, sebuah konferensi internasional, yang diketuai bersama oleh Prancis dan Arab Saudi, akan diadakan di New York, Amerika Serikat (AS), pada tanggal 17-20 Juni untuk membahas masalah kenegaraan Palestina.

Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengatakan konferensi tersebut akan membahas pengaturan keamanan setelah gencatan senjata di Gaza dan rencana rekonstruksi untuk memastikan warga Palestina akan tetap berada di tanah mereka dan menggagalkan rencana Israel untuk mengusir mereka.

Mengomentari pemblokiran kunjungan tersebut, anggota parlemen Arab Israel Ayman Odeh mengatakan delegasi menteri luar negeri Arab bertujuan untuk mengakhiri perang Gaza, meningkatkan peran Otoritas Palestina, dan mendukung inisiatif PBB Saudi-Prancis untuk menyiapkan peta jalan bagi negara Palestina. Odeh mengatakan kepada Televisi Al Arabiya milik pemerintah Saudi bahwa inisiatif Saudi-Prancis dapat mengarah pada pengakuan internasional yang lebih luas atas negara Palestina, sebuah langkah yang menurutnya bertentangan dengan kebijakan pemerintah Israel.

Menurut Odeh, pemerintah Israel berusaha melemahkan Otoritas Palestina karena menganggapnya sebagai "inti negara Palestina". Ia mengatakan Israel memblokir kunjungan menteri luar negeri Arab karena dapat membantu memperkuat Otoritas Palestina.

Israel telah mendapat tekanan yang meningkat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara Eropa yang mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina. Di mana negara Palestina yang merdeka akan berdiri berdampingan dengan Israel.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Arab Memanas! Hamas Ngamuk Hingga WP Tak Paham Coretax

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular