Ekonomi RI Kuartal I: Belanja Pemerintah Seret, Swasta Ikut-ikutan

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
28 May 2025 14:50
Depan dari kiri, Staf Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Koordinator Bidang Ketahanan Pangan Zulkifli Hasan, dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto beserta anggota kabinet lainnya meninggalkan Akademi Militer setelah retret kabinet di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, Minggu, 27 Oktober 2024. (Foto AP/Achmad Ibrahim)
Foto: AP/Achmad Ibrahim

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan, efisiensi anggaran yang pemerintah lakukan sejak awal tahun ini melalui Inpres Nomor 1 Tahun 2025 membuat ekonomi kuartal I-2025 merosot.

Pada kuartal I-2025, ekonomi Indonesia memang makin meninggalkan tren pertumbuhan yang kerap stagnan di level 5%, yakni hanya mampu tumbuh 4,87% secara tahunan atau year on year. Lebih rendah dari pertumbuhan kuartal IV-2024 sebesar 5,02% yoy dan kuartal I-2024 di level 5,04% yoy.

"Jadi menurut saya efisiensi ini sudah berlebihan dan bukannya meningkatkan produktivitas di birokrasi atau bahkan perekonomian, malah mendelusi pertumbuhan," kata Eko saat diskusi publik secara daring dengan tema pembahasan KEM PPKF 2026, Rabu (28/5/2025).

Dalam struktur ekonomi Indonesia, efisiensi anggaran yang dijalankan pemerintah juga sebetulnya tercermin dari merosotnya konsumsi pemerintah yang terkontraksi sendiri dengan minus 1,38%. Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap ekonomi RI sebesar 5,88% pada kuartal I-2025.

Selain itu, Eko menegaskan, efisiensi itu juga memberi dampak kepada perlambatan ekonomi karena dilakukan saat kemampuan konsumsi rumah tangga tengah melemah. Konsumsi rumah tangga yang memegang kontribusi besar terhadap ekonomi RI dengan porsi 54,53% pada awal tahun ini tak lagi mampu tumbuh di level 5%, yakni hanya 4,89%.

"Akhirnya sama-sama ngerem dan implikasinya kita bisa lihat dari pertumbuhan ekonomi kita enggak sampai 5% di kuartal pertama padahal ada momen Lebaran di situ, puasa, mudik dan seterusnya," ucap Eko.

Implikasi lainnya tercermin dari sektor industri yang mengalami pelemahan pertumbuhan akibat tren konsumsi direm secara serentak pada kuartal I-2025. Sektor industri pengolahan bahkan hanya mampu tumbuh 4,55% yoy.

"Ternyata situasi jadi diikuti habitnya birokrat itu, cara adaptasinya mereka dengan keterbatasan anggaran diikuti dengan pola swasta juga, sehingga swasta ikut-ikutan tidak ada kegiatan-kegiatan yang tidak bisa menstimulasi perekonomian," ucap Eko.


(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Tahun Ini Kembali Gelap, Sri Mulyani: Tekanannya Bertubi-Tubi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular