Eksportir Buka-Bukaan! Ini Alasan Lambannya Hilirisasi Timah RI

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
20 May 2025 10:50
An employee works next to molten iron at a steel mill of Dongbei Special Steel in Dalian, Liaoning province, China July 17, 2018. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) buka-bukaan perihal alasan di balik lambannya pengembangan hilirisasi timah di Tanah Air. Setidaknya, terdapat 5 alasan utama progres hilirisasi timah dalam negeri tersendat.

Ketua Umum AETI Harwendro Adityo menyebutkan bahwa alasan pertama karena belum terbentuknya ekosistem industri hilir timah yang optimal.

"Hanya beberapa saja yang sudah membentuk hilirisasi, sehingga mengenai aplikasi logam timah pada industri turunannya masih sangat kecil," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (19/5/2025).

Kedua, lanjut Harwendro adalah lantaran adanya pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap bahan baku logam timah untuk memproduksi timah solder yang akhirnya menyebabkan produksi timah solder dalam negeri kalah saing.

Ketiga, impor tin solder saat ini masih tidak dikenakan bea masuk dan menyebabkan produk tin solder dalam negeri kurang kompetitif.

"Padahal peminatnya cukup banyak dan industri-nya cukup banyak di Indonesia. Ini juga berpengaruh karena mereka bebas masuk ke Indonesia tanpa adanya pajak dan lain-lain," tambahnya.

Keempat, terang Harwendro, adalah lantaran pasar produk tin solder bervariasi mulai dari spesifikasi bentuk maupun komposisi yang menyesuaikan permintaan pembeli.

Sayangnya, regulasi ekspor tin solder dalam negeri hanya untuk spesifikasi tertentu, melalui Permendag No. 44/2014 yang mengatur standarisasi ukuran dan dimensi timah untuk ekspor.

"Kemudian pasar solder bervariasi dari segala bentuk itu juga mempengaruhi komposisi dari mesin-mesin yang dimiliki oleh pabrik-pabrik solder," imbuh Harwendro.

Kelima, karena tidak ada keistimewaan kepada pelaku hilirisasi timah dalam hal kebijakan dan pemberian insentif fiskal, finansial, hingga infrastruktur kawasan khusus.

"Karena ini kita diminta untuk berjalan sendiri, mencari dana sendiri, kemudian mencari buyer sendiri tanpa didukung oleh kebijakan dari pemerintah," tandasnya.

Rendahnya Hilirisasi Timah

AETI mencatat, sejauh ini Indonesia baru memiliki 5 pabrik hilirisasi timah dengan produk tin solder, tin chemical, tin powder, dan tin plate.

Beberapa diantaranya dibangun dan sudah beroperasi oleh PT Timah melalui anak usahanya, PT Timah Industri dengan produksi tin solder sebesar 2.000 ton per tahun, Tin Chemical sebesar 21.000 ton per tahun, dan Tin Powder sebesar 100 ton per tahun.

Di samping itu, terdapat 2 perusahaan yang saat ini masih dalam proses pembangunan pabrik hilirisasi timah menjadi tin solder dengan target produksi 4.000 ton per tahun.

Ada pula, PT Cipta Persada Mulia melalui anak usahanya PT Tri Charislink Indonesia yang akan memproduksi jenis tin solder hingga 40.000 ton per tahun, dan PT Batam Timah Sinergi yang akan memproduksi tin chemical 16.000 ton per tahun.

Kemudian, terdapat pabrik hilirisasi timah yakni PT Solderindo dengan produk tin solder sebesar 48.000 ton per tahun, dan PT Latinusa dengan produk tin plate sebesar 160.000 ton per tahun.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Timah RI Turun Hingga 12% Jadi 45 Ribu Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular