Industri Petrokimia Dilirik Investor Asing, Mau Bukti?

dpu, CNBC Indonesia
10 May 2025 14:24
Kapal Tanker Milik PIS
Foto: Dok: PIS

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan Indonesia terhadap produk petrokimia seperti plastik, pupuk, dan bahan kimia terus meningkat. Terutama dipicu oleh pertumbuhan industri manufaktur, konstruksi, serta barang konsumsi.

Sayangnya pada saat yang sama, kapasitas produksi dalam negeri masih belum mampu mengejar permintaan yang terus tumbuh. Akibatnya, Indonesia harus mengandalkan impor produk petrokimia dalam jumlah besar, khususnya untuk produk-produk seperti polietilena dan polipropilena.

Besarnya kebutuhan produk petrokimia yang masih dipenuhi dari impor ini disadari pemerintah, yang mulai mendorong investasi di sektor hilir. Salah satu upaya konkret dilakukan melalui kerja sama dengan ExxonMobil senilai US$ 10 miliar untuk proyek petrokimia dan teknologi penangkapan karbon (carbon capture). Bahkan nilai investasinya disebut bakal meningkat hingga US$ 15 miliar.

Selain dengan ExxonMobil, perusahaan Lotte Chemical Indonesia juga tengah membangun kompleks petrokimia senilai Rp 59 triliun di Cilegon yang ditargetkan mulai produksi pada 2025.

Berbagai insentif dari pemerintah yang termasuk pembebasan pajak dan pembangunan zona ekonomi khusus, juga disiapkan untuk menarik investor masuk ke sektor ini.

Upaya tersebut disambut positif, dengan banyaknya perusahaan global mulai menunjukkan ketertarikan untuk memperluas operasinya di Indonesia. Selain Lotte Chemical Indonesia yang bekerja sama dengan Asahimas Chemical, ada beberapa nama yang lebih baru seperti Bayegan Group, perusahaan kimia dan energi asal Turki yang telah beroperasi di lebih dari 100 negara. Melalui kemitraan dengan Pertamina International Shipping, Bayegan terlibat dalam pengoperasian kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) untuk distribusi LPG dan bahan kimia cair.

Selain itu, anak usaha Bayegan di bidang manufaktur juga memproduksi plasticizer ramah lingkungan yang mulai banyak diminati industri dalam negeri. Langkah Bayegan menunjukkan bahwa perusahaan asing mulai menempatkan Indonesia sebagai pasar strategis, tidak hanya untuk distribusi, tetapi juga untuk penguatan rantai pasok regional.

Meski peluang investasi terbuka lebar, sejumlah tantangan masih membayangi seperti infrastruktur penunjang di luar Jawa masih belum merata. Lalu pasokan bahan baku belum konsisten, dan proses perizinan masih memerlukan penyempurnaan.

Risiko-risiko ini bukan hal baru dan menjadi sesuatu yang siap dihadapi untuk pelaku industri yang terbiasa dengan pasar berkembang. Kemampuan beradaptasi dan membangun relasi lokal akan menjadi kunci keberhasilan di Indonesia.

Adapun permintaan domestik yang terus tumbuh menjadikan Indonesia sebagai pasar strategis jangka panjang di Asia Tenggara untuk industri petrokimia. Perusahaan yang masuk lebih awal, menjalin kemitraan lokal, dan berinvestasi dalam infrastruktur berpotensi menjadi bagian penting dalam transformasi industri petrokimia nasional.

Belum lama ini, Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan optimismenya terhadap potensi kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kinerja industri di Tanah Air. Hal tersebut disampaikannya usai menerima kunjungan Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Kerajaan Arab Saudi, Bandar bin Ibrahim Alkhorayef di Jakarta, Rabu (16/4).

Menperin optimistis, pertemuan bilateral ini dapat menjadi langkah konkret untuk memperkuat kerja sama khususnya di sektor industri.

"Indonesia, dengan potensi sumber daya alam, pasar dan tenaga kerja yang besar, serta komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri, membuka peluang luas untuk kolaborasi yang saling menguntungkan," tutur Agus Gumiwang dalam keterangan resminya.

Adapun potensi kerja sama yang dapat dijalin kedua negara dalam pengembangan sektor industri, antara lain industri petrokimia, industri pengolahan kayu, industri halal, pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), pengembangan kawasan industri, serta peningkatan kapasitas SDM dan alih teknologi, serta bekerja sama dalam penyediaan tenaga kerja terampil.

"Di sektor petrokimia khususnya, Indonesia masih membutuhkan untuk sektor hilirnya dalam upaya mendukung sektor-sektor turunannya. Apalagi, industri petrokimia merupakan mother of industry selain industri logam," tukas Agus. 


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular