Ramai Sentimen Negatif, Pelaku Industri Sawit Optimis Hadapi 2025

dpu, CNBC Indonesia
07 May 2025 14:39
Kebun Sawit. (Dok. Triputra Group)
Foto: Kebun Sawit. (Dok. Triputra Group)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan kenaikan tarif impor Amerika Serikat (AS) terhadap mitra dagang utamanya menjadi salah satu sentiment negatif yang sangat berpengaruh di tahun 2025. Kebijakan ini dikhawatirkan dapat memicu gejolak perang dagang, mengingat AS dan China saling berbalas tarif impor.

Pelaku industri pun banyak yang merasa khawatir kebijakan ini ikut mempengaruhi bisnis di Indonesia, tak terkecuali di sektor sawit. Mengingat China menjadi salah satu negara tujuan ekspor utama CPO Indonesia.

Hal tersebut diakui Direktur Keuangan dan Pengembangan Strategis PT Cisadane Sawit Raya Tbk, Seman S Suhenda. Menurutnya meski pihaknya belum fokus melakukan ekspor CPO, perang dagang AS dan China dikhawatirkan dapat mempengaruhi harga lokal.

"Ya otomatis harga lokal di influence oleh harga luar. Yang kita khawatirkan adalah kalau China sama Amerika head to head terus, China resesi, ekonominya resesi kan dia belinya juga lebih sedikit gitu kan. Otomatis efeknya ke kita, kuantitinya berturun," ujar Seman kepada CNBC Indonesia, (7/5/2025).

Selain perang tarif, Seman mengaku bahwa pihaknya juga khawatir dengan adanya perang antara India dan Pakistan. Kedua negara tersebut diakuinya juga sebagai market besar untuk urusan CPO.

"Karena India-Pakistan kan market besar untuk CPO. Top four market CPO kan India, China, EU, Pakistan. Kalau ini semuanya yang dua perang, yang satu resesi waduh. puyeng juga kita khawatir gitu loh. Faktor-faktor gini kan di luar kontrol kita ya," jelasnya.

Kendati demikian, ia mengaku masih optimis industri sawit tahun ini bisa tumbuh dengan baik lantaran harga CPO masih cukup baik atau di atas level Rp 13 ribuan per kg. Jika harga ini bertahan hingga akhir tahun, optomatis industri sawit bisa tumbuh signifikan di 2025.

Jika itu terjadi ia memprediksi penjualan PT Cisadane Sawit Raya Tbk bisa tumbuh sekitar 25% atau mencapai Rp 1,3 triliun hingga akhir 2025.

"Ya saya sih ngarepin kalau harga CPO itu jangan nampak tembus di bawah Rp 10.000 ya. Karena kan kalau cost kita kalau overall itu kan CPO kita sekitar di Rp Rp7.500-an gitu. Ya Rp10.000 pun masih ada margin Rp2.500 tapi kalau di bawah Rp10.000 kan agak berdebar-debar nih gitu. Itu sama sih, semua orang juga pasti ngarepin ya kalau bisa jangan sampai Rp10.000 lah, Rp12.000-Rp13.000 aja udah jangan turun lagi," tutupnya.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Pencairan Dana Peremajaan Sawit Ditunda, BPDPKS Beri Penjelasan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular