Internasional

Kashmir Memanas! Pakistan Ancam Serbu India & Tembak Rudal Nuklir

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
29 April 2025 09:05
A launcher vehicle loaded with Pakistani-made Hatf-II or Abdali ballistic missile rolls down a street during a military parade in Islamabad, Pakistan in this photo taken on March 23, 2007. Pakistan successfully test-fired an indigenous short-range nuclear-capable surface-to-surface Abdalli ballistic missile has a range of 200 kilometers (125 miles), the military said in a statement on Saturday, March 31, 2007. (AP Photo/Anjum Naveed)
Foto: Sebuah kendaraan peluncur dengan rudal balistik Hatf-II atau Abdali buatan Pakistan meluncur di jalan selama parade militer di Islamabad, 23 Maret 2007. (AP Photo/Anjum Naveed)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan terus melanda India dan Pakistan. Kedua kekuatan nuklir itu bersitegang lantaran serangan kelompok militan terhadap 26 turis India di wilayah Kashmir, yang disengketakan antara kedua negara.

Terbaru, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif menyebut serangan militer oleh negara tetangga India akan segera terjadi. Menurutnya, keputusan penyerbuan ini tidak akan melalui pertimbangan yang terlalu panjang.

Asif juga menekankan retorika India meningkat dan militer Pakistan telah memberi pengarahan kepada pemerintah tentang kemungkinan serangan India. Walau begitu, ia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang alasannya berpikir serangan akan segera terjadi.

"Kami telah memperkuat pasukan kami karena itu adalah sesuatu yang mendesak sekarang. Jadi dalam situasi itu beberapa keputusan strategis harus diambil, jadi keputusan tersebut telah diambil," kata Asif dikutip Reuters, Senin (28/4/2025).

Hubungan yang sudah sengit antara kedua negara berkekuatan nuklir itu semakin memburuk pada hari Selasa pekan lalu, ketika beberapa orang bersenjata menewaskan 25 wisatawan India dan satu warga negara Nepal di Lembah Baisaran, tujuan wisata populer di wilayah Kashmir.

India dengan cepat menuduh tetangganya membantu infiltrasi militan di Kashmir, tuduhan yang kemudian dibantah keras oleh Pakistan.

Front Perlawanan, kelompok militan yang diduga terkait dengan Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan, dilaporkan telah mengaku bertanggung jawab atas serangan teroris tersebut. Polisi India mengatakan bahwa dua tersangka adalah warga negara Pakistan.

Pada Rabu lalu, New Delhi menurunkan hubungan diplomatik, mengusir diplomat Pakistan, dan menutup perbatasan darat dengan tetangganya. Islamabad menanggapi dengan cara yang sama, dengan mengulangi tuduhannya bahwa India menindas penduduk Kashmir yang mayoritas Muslim.

Menurut NDTV, pasukan India dan Pakistan telah saling tembak melintasi Garis Kontrol (LoC) di Kashmir untuk malam ketiga. LoC adalah batas de facto antara kedua negara. Pasukan keamanan India juga dilaporkan melakukan penggerebekan antiteroris di sisi perbatasan mereka.

Tak hanya itu, India juga telah menangguhkan Perjanjian Perairan Indus, pakta pembagian air sungai yang penting bagi kehidupan jutaan orang di kedua negara. Pakistan telah menutup wilayah udaranya untuk maskapai penerbangan India.

Asif mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan "tindakan perang" untuk merampas air dari wilayah-wilayah yang rentan, dan bahwa perjanjian tersebut, yang telah melewati berbagai konflik di masa lalu, didukung oleh para penjamin internasional.

"Kami telah menghubungi pihak-pihak terkait sejauh menyangkut perjanjian ini," katanya, sambil menyerukan kepada masyarakat internasional dan Bank Dunia untuk melindungi pakta tersebut.

Sementara itu, dalam forum yang berbeda, Menteri Perkeretaapian Pakistan Hanif Abbasi juga menyerukan ancaman yang sama kepada Delhi. Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu (27/4/2025), Abbasi mengingatkan India bahwa Pakistan memiliki banyak rudal dan 130 hulu ledak nuklir, yang "tidak untuk dipamerkan."

"Tidak seorang pun tahu di mana kami telah menempatkan senjata nuklir kami di seluruh negeri. Saya katakan lagi, rudal balistik ini, semuanya ditujukan kepada Anda," kata pejabat itu, seperti dikutip RT pada Senin (28/4/2025).

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan minggu lalu bahwa India dan Pakistan akan menyelesaikan masalah hubungan di antara mereka sendiri. Walau begitu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Washington telah mengambil langkah untuk berkomunikasi dengan kedua belah pihak yang mendesak keduanya untuk bekerja menuju "solusi yang bertanggung jawab".

Washington sebelumnya telah membantu meredakan ketegangan antara kedua negara, yang memperoleh kemerdekaan pada tahun 1947 ketika pemerintahan kolonial Inggris yang mundur membagi wilayah Asia Selatan tersebut menjadi dua negara tersebut.


(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri Pakistan Beri Warning, Sejengkal Lagi Tembak Nuklir ke India

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular